|
Sabtu, 27 September 2008 |
NDL 40 bisa ditaruh di atas truk atau helikopter PTDI |
NDL-40 (LAU 97) adalah senjata artileri medan berupa peluncur roket yang diproduksi oleh IPTN (sekarang PT.DI) dari Indonesia. Senjata ini menggunakan roket diameter 70mm atau 2,75 inchi sebagai pelurunya. Biasanya roket ini menggunakan peluru , roket sistem multi luncur FFAR 2.75" yang diproduksi secara lisensi oleh IPTN.
NDL-40 bisa meluncurkan 40 roket dari 40 tabung luncurnya secara salvo dengan selang 0,1 sampai 9,9 detik untuk tiap roketnya. Dengan kemampuan ini NDL-40 mampu meluluh-lantakan sebuah daerah seluas 200m x 300m dalam sekejab. Jangkauan terjauh dari senjata ini hanya 6 km walaupun dengan roket khusus jangkauan bisa ditambah menjadi 8 km.
Roket jenis ini bisa dikembangkan menjadi Grad 70 versi Indonesia, tinggal ditempelin diatas truk, bisa juga helikopter NAS 332 Super Puma PTDI ditambahkan rentang sayap, kemudian dipasang roket launcher NDL-40 untuk versi helikopternya. NDL-40 berpotensi untuk dikembangkan menjadi Surface to Air Missile untuk TNI AD atau "AIM 114 Hellfirenya" NAS 332 TNI AU.
kemampuan :
* 360 derajat azimuth dan -3 sampai +65 derajat elevasi kemapuan tembak * Back loading dan modular loading system * High mobility dan programmable Firing Control System * Sistem lihat samapi lebih dari 6,500 mil * operasi dan perawatan yang sederhana dan mudah * Fleksibilitas tinggi, penggunaan ground-to-ground atau surface-to-ground
Berat
* Sistem peluncur 740.0 kg. * sistem kontrol penembakan Individual 10.0 kg. * sistem bidik 4.5 kg. * komando sistem kontrol penembakan 2.0 kg.
Sistem peluncur
* Panjang 3,595 mm. * Lebar 1,995 mm. * Tinggi 1,600 mm. * Panjang tabung peluncur 1,806 mm.
Ketahanan peluncur
* Tabung 400 penembakan. * Detainer 4,000 penembakan. * Contactor 4,000 penembakan.
Sistem kontrol penembakan Individual
* Panjang 265 mm. * Lebar 140 mm. * Tinggi 150 mm.
Sistem pencahayaan
* Panjang 195 mm. * Lebar 145 mm. * Tinggi 200 mm. |
posted by kholifaur @ 09.15 |
|
|
|
Palapa Oath (General Gadjah Mada):
Sira Gadjah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa,
sira Gadjah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti
palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura,
ring Haru, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik,
samana isun amukti palapa"
That was He Gadjah Mada General of Mangkubhumi wouldn't
have broken the fast. He Gadjah Mada, "Had I conquered
the archipelago, then I'd have broken the fast, Had I
conquered Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang,
Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, by then, I'd
have broken the fast"
|
|