Senin, 22 September 2008
Potensi BUMN strategis Indonesia dalam pembuatan alutsista


PT PAL adalah perusahaan manufaktur dan konstruksi yang bergerak dalam pembuatan kapal militer, merchant, general engineering, repair dan maintenance. proyek pembangunan korvet "stealth" pertama TNI AL merupakan proyek prestisius yang patut dibanggakan. Seperti proyek-proyek pembangunan kapal merchant sebelumnya, PT PAL sudah mampu membuat kapal merchant dengan bobot mati hingga 50.000 dwt (drought weight ton), bisa dibayangkan, KRI Makassar 509 yang baru tiba dari pabriknya di Korea Selatan hanya berbobot mati 7.900 ton, USS Nimits (kapal induk AS) berobobot mati 80.000 dwt, kalau boleh hitung-hitungan, asal ada modal gede aja saya yakin kita dah bisa buat kapal induk, destroyer, frigat, korvet, dan kapal selam. Sedikit mengenai harga, untuk satu buah kapal induk kelas nimits dibutuhkan dana sekitar 4,5 miliar dolar AS (Rp 41,9 triliun) dengan biaya operasional per tahun mencapai 160 juta dolar AS (Rp 1,5 triliun). Untuk destroyer "siluman" AS kelas zumwalt (destroyer terbaru AS) dibutuhkan dana sekitar 3,2 milyar dolar per unit, frigat "siluman" milik AL Afrika Selatan terbaru seharga 270 juta dolar AS (Rp 2,8 triliun) per unit, korvet "siluman" kelas SIGMA terbaru milik TNI AL seharga Rp 2 triliun per unit, dan kapal selam yang rencananya akan dibeli pemerintah RI dari Korsel seharga 300 juta dolar AS per unit.


Bagaimana pengembangannya di Indonesia? Menurut saya fasilitas pendukung PT PAL sudah sangat mumpuni, dengan kemampuan "saat ini" yang sanggup membuat kapal merchant berbobot mati 50.000 dwt PT PAL sudah sepatutnya mendapat kepercayaan dan dukungan habis-habisan pemerintah untuk membangun industri militer berat karya anak bangsa. Untuk senjata seperti meriam, rudal, radar, dan peralatan pendukung elektronik dapat dipercayakan kepada BUMN strategis lain seperti PT Dahana (bahan peledak), PT Krakatau Steel, PT Barata Indonesia, PT Boma Bisma (bahan baku baja dan konstruksi), PT PINDAD (meriam dan artileri pendukung), PT LEN dan PT Inti (radar dan peralatan elektronik), PT DI, LAPAN, BPPT, Puslitbang TNI, dan BATAN (rudal), dan yang pasti Depkeu dan bank-bank milik pemerintah (BNI, BRI, dan Mandiri) untuk dananya.


Kalau pemerintah mau konsen dan membuat blue printnya saya optimis dalam kurun waktu 10 tahun Indonesia sudah mampu keluar dari kepandiran teknologi militer.
posted by kholifaur @ 08.29  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
Palapa Oath (General Gadjah Mada): Sira Gadjah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gadjah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa" That was He Gadjah Mada General of Mangkubhumi wouldn't have broken the fast. He Gadjah Mada, "Had I conquered the archipelago, then I'd have broken the fast, Had I conquered Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, by then, I'd have broken the fast"
 
About Me

Name: kholifaur
Home: Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
About Me: Menyukai dunia militer dari segala aspek, perkembangannya baik di dalam dan luar negeri
See my complete profile
Previous Post
Archives
Free Blogger Templates