Sabtu, 10 Oktober 2009
Jet tempur generasi kedua (pertengahan 1950 s/d awal 1960)
gbr 1. F-100 Super Sabre

Pengembangan pesawat tempur generasi kedua dilatarbelakangi oleh suatu terobosan teknologi, berbagai pelajaran yang diambil dari medan tempur Perang Korea, dan fokus kepada operasional yang mengarah kepada pengembangan senjata nuklir.

gbr 2. HAL HF-24

Kemajuan teknologi dalam aerodinamik, propulsi, dan bahan dasar pembangunan body pesawat (terutama campuran aluminium) memungkinkan desainer pesawat tempur untuk bereksperimen dengan berbagai inovasi aeronautika seperti sayap lekuk, delta, dan badan pesawat. Penggunaan yang lebih luas lagi dari mesin turbojet afterburning membuat jet pada masa ini mampu menembus kecepatan suara, dan kemampuan untuk mempertahankan kecepatan supersonic saat terbang menjadi kualifikasi yang umum pada jet tempur pada generasi ini.

gbr 3. Gloster Javelin

Desain pesawat tempur juga menjadi lebih baik yaitu dengan adanya teknologi elektronik baru yang membuat radar menjadi kecil namun lebih efektif untuk ditaruh diatas pesawat tempur dengan ukuran yang lebih kecil.

gbr 4. IAI Nesher

Radar yang melekat dalam tubuh pesawat memungkinkan pendeteksian pesawat musuh yang berada diluar pandangan mata, dengan demikian meningkatkan sasaran deteksi musuh dengan meningkatkan jangkauan radar yang berpangkalan di darat. Dengan cara yang sama, peningkatan pengembangan peluru kendali menjadikan rudal udara ke udara menggantikan peranan senjata mesin (kanon) sebagai senjata utama untuk pertamakalinya dalam sejarah pesawat tempur. Selama periode ini peluru kendali passive homing berpemandu inframerah menjadi senjata utama yang umum digunakan, tetapi sensor awal rudal inframerah ini memiliki sensitifitas yang buruk dan sangat sempit dalam pandangan mata (umumnya tidak lebih dari 30o), hal ini membuat efektifitas rudal menjadi terbatas dan hanya dapat digunakan untuk jarak pendek, tail-chase engagement (serangan dari belakang pesawat musuh). Peluru kendali berpemandu radar juga diperkenalkan pada masa ini, tetapi contoh awalnya menampilkan gambar yang tidak realistis. Peluru kendali Semi Active Radar Homing (SARH) dapat melacak dan menghalau pesawat musuh dengan memasang radar tersebut di bagian pesawat. Rudal berpemandu radar jarak menengah dan jauh menjanjikan suatu perubahan dalam pertempuran diluar jangkauan mata. Dan banyak sekali usaha-usaha yang dilakukan untuk pengembangan teknologi ini.

gbr 5. Super Mystere

Kemungkinan terjadinya perang dunia III menampilakan mekanisasi angkatan bersenjata dalam jumlah besar dan serangan senjata nuklir mengarahkan kepada derajat spesialisasi melalui pendekatan dua desain, yaitu: (1) interceptor (seperti English Electric Lightning dan Mikoyan Gurevich MiG-21F dan (2) fighter bomber (seperti Republic F-105 Thunderchief dan Sukhoi 7). Dogfighting (air combat), merupakan penyederhanaan dari dua hal diatas. Interceptor merupakan salah satu pengembangan yang luar biasa dimana peluru kendali menggantikan secara penuh peranan dari senjata (canon) dan pertarungan udara akan berlangsung diluar pandangan mata (beyond visual range combat). Sebagai hasilnya, interceptor didesain dengan kemampuan membawa rudal yang besar dan radar yang tangguh, mengorbankan dalam hal kecepatan, ketinggian jelajah, dan kemampuan menanjak.

gbr 6. MiG 21 Fishbed

Dengan peran utamanya sebagai pertahanan udara, penekannya ada pada kemampuan untuk menghalau jet tempur pembom yang mampu terbang pada ketinggian jelajah yang tinggi. Pengkhususan sebagai interceptor pertahanan terkadang memiliki jangkauan yang terbatas dan kecil, jika begitu, pesawat tersebut dimasukan kepada pesawat tempur serang darat. Jet tempur pembom dapat berfungsi sebagai air superiority (pertahanan udara) dan serang darat, selain itu juga terkadang didesain untuk kecepatan tinggi, mampu terbang rendah yang ditujukan untuk mengirimkan meriam udaranya. Peluru kendali berpemandu televisi dan inframerah diperkenalkan untuk meningkatkan kemampuan bom konvensional dan beberapa dilengkapi kemampuan untuk mengirimkan bom nuklir.

gbr 7. Fiat G-91

Berikut beberapa pesawat tempur yang dapat dikategorikan generasi kedua berdasarkan negara asal:
1. Perancis: (a) Dassault Etendard IV, (b) Dassault Super Mystere, (c)Dassault Mirage II/5
2. India: (a)HAL HF-24 Marut
3. Israel (a)IAI Nesher

gbr 8. Saab 35 draken

4. Italia: (a)Fiat G-91
5. RRC: (a)Shenyang J-6 “Farmer”, (b)Chengdu J-7 “Fishbed
6. Sweden: (a)Saab 32 Lansen, (b)Saab 35 Draken
7. Uni Soviet: (a)Mikoyan-Gurevich MiG-19 Farmer, (b) Mikoyan-Gurevich MiG-21F Fishbed, (c) Sukhoi Su-7 Fitter A, (d) Sukhoi Su-9/11 Fishpot
8. United Kingdom: (a) De Havilland Sea Vixen, (b) English Electric Lightning, (c) Gloster Javelin, (d) Hawker Hunter, (e) Supermarine Scimitar, (f) Supermarine Swift
9. USA: (a) Chance-Vought F-8 Crusader, (b) Grumman F-9 Cougar, (c) Grumman F-11 Tiger, (d) North American F-100 Super Sabre, (e) McDonnell F-101 Vodoo, (f) Convair F-102 Delta Dagger, (g) Lockheed F-104 Star Fighter, (h) Republic F-105 Thunderchief, (i) Convair F-106 Delta Dart
posted by kholifaur @ 07.21  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
Palapa Oath (General Gadjah Mada): Sira Gadjah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gadjah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa" That was He Gadjah Mada General of Mangkubhumi wouldn't have broken the fast. He Gadjah Mada, "Had I conquered the archipelago, then I'd have broken the fast, Had I conquered Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, by then, I'd have broken the fast"
 
About Me

Name: kholifaur
Home: Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
About Me: Menyukai dunia militer dari segala aspek, perkembangannya baik di dalam dan luar negeri
See my complete profile
Previous Post
Archives
Free Blogger Templates