Sabtu, 12 Maret 2011
Untuk Sementara Coba Kembangkan Yang Di Darat Dahulu
Mahalnya investasi di bidang matra laut lebih-lebih udara, membuat anggaran negara terkoreksi miliaran dollar untuk menambah alutsista khusus untuk kedua matra tersebut. Namun sekali lagi kedaulatan suatu negara adalah harga mati, terlebih lagi RI yang memiliki teritori darat, laut, dan udara yang sangat luas, beserta Sumber Daya Alam yang melimpah ruah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi untuk dikuasai oleh pihak asing membuat TNI tidak bisa berdiam diri dan terlena.

Industri strategis seperti yang diharapkan banyak pihak nyatanya masih mengalami kesulitan yang sangat berarti demi mengadopsi teknologi tingkat tinggi yang dimiliki oleh alutsista yang berplatform di laut dan udara. RI yang telah dikenal dunia dengan peperangan gerilyanya merupakan suatu pengakuan dunia atas keberhasilan RI dalam merebut kemerdekaan dan melawan kelompok separatis. Apalagi pengakuan dunia lainnya terhadap Kopassus yang masuk peringkat 3 jajaran pasukan elit dunia.

Pengakuan dunia tersebut seharusnya diimbangi dengan adanya pengembangan alutsista bermatra darat yang mutakhir, ironis sekali negara sebesar ini tak memiliki MBT. Memang poros kekuatan militer sudah bergeser dari darat menjadi laut dan udara. Tapi jangan pernah meremehkan matra darat, bagaimanapun juga semua basis pertahanan baik laut dan udara adalah di darat, semua suplai kebutuhan persenjataan dari kedua matra tersebut berasal dari darat. Kapal perang jenis apapun tetap akan berlabuh, begitupula pesawat tempur generasi lima juga tetap akan mendarat. Lalu bagaimana konsekuensinya untuk Alutista RI..?

Untuk jangka pendek 5 tahun ke depan RI harus memperkuat armada daratnya dengan rudal permukaan berdaya jelajah menengah 400 Km yang ditempatkan di sepanjang garis pantai utama, kemudian menambah kavaleri dengan jajaran MBT, Panser Kanon, MLRS dan Amphibi, membekali infantrinya dengan rudal anti tank dan anti udara, serta artileri berat lainnya sekelas howitzer. Toh kesemua alutsista tersebut sudah kita kuasai teknologinya tinggal bagaimana pemerintah mau mendukungnya.

Memang hingga saat ini RI belum memiliki satuan khusus untuk operasional rudal permukaan. Sudah seharusnya pemerintah jeli melihat tantangan luasnya wilayah negara kita, mungkin untuk sementara dapat ditaruh disepanjang daerah yang rawan konflik, seperti Selat Malaka, Kepulauan Natuna, Gugus kepulauan Manado bagian utara, Benkayang, Pulau Sebatik, dan wilayah selatan perairan Nusa Tenggara.
posted by kholifaur @ 05.45  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
Palapa Oath (General Gadjah Mada): Sira Gadjah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gadjah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa" That was He Gadjah Mada General of Mangkubhumi wouldn't have broken the fast. He Gadjah Mada, "Had I conquered the archipelago, then I'd have broken the fast, Had I conquered Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, by then, I'd have broken the fast"
 
About Me

Name: kholifaur
Home: Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
About Me: Menyukai dunia militer dari segala aspek, perkembangannya baik di dalam dan luar negeri
See my complete profile
Previous Post
Archives
Free Blogger Templates