Kamis, 31 Maret 2011
Rafale VS Sukhoi 35 E
(Gambar: Rafale on taxiing)

Rafale merupakan pesawat tempur generasi 4,5 buatan Dassault Aviation Perancis, Debut Raffale dimulai pada 4 juli 1986 dan mulai terdengar keampuhan teknologinya baru-baru ini saat perang antara tentara koalisi dengan Rezim Khadafi. Rafale disinyalir telah melumpuhkan beberapa obyek pertahanan udara vital dan pesawat tempur. Namun sebuah pertanyaan muncul apakah kesaktian Rafale yang disebut oleh produsen Dassault Aviation sebagai Omnirole (Maha bisa) bukan Multirole seperti yang banyak disebut sebagai (Multi peran) bagai pesawat tempur buatan barat dan Rusia sudah sebanding dengan musuh yang dihadapinya..? Nyatanya tidak demikian pesawat tempur yang dihajarpun tak lebih dari sebuah pesawat tempur latih/ringan lawas buatan tahun 80an Soko Galib buatan Yugoslavia dan artileri pertahanan udaranya tak lebih dari rudal jarak pendek dan kanon anti udara yang pengaruhnya sangat kecil untuk menjatuhkan sebuah Rafale.

Memang kemampuan Rafale yang half stealth (sulit dideteksi radar) dan radar AESA yaitu Radar Susunan Terpindai Elektronis Aktif yang dapat mengenali dan menembak musuh lebih dari satu target membuat Rafale pantas menyandang sebutan Omnirole, namun perlu dilihat pula bahwa harga 1 unit Rafale masih sangat mahal bagi negara dengan budget militer pas-pasan, per unitnya untuk ekspor dibanderol sekitar 90 juta dollar, belum termasuk persenjataan dan maintenance.

Berikut performa Raffale (Sumber: Wikipedia)

Karakteristik umum

* Kru: 1–2
* Panjang: 15,27 m
* Lebar sayap: 10,80 m
* Tinggi: 5,34 m
* Luas sayap: 45,7 m²
* Bobot kosong: 9.500 kg (C), 9.770 kg (B),[76] 10.196 kg (M)
* Bobot maksimum lepas landas: 24.500 kg (C/D), 22.200 kg (M)[77]
* Mesin: 2× Snecma M88-2 mesin turbofan
o Dorongan kering: 50,04 kN masing-masing
o Dorongan dengan pembakar lanjut: 75,62 kN dengan M88-Eco (>90 kN setelah
tahun 2010) masing-masing

Kinerja

* Laju maksimum:
o Ketinggian tinggi: 2.390 km/jam [76]
o Ketinggian rendah: 1.390 km/jam
* Jarak jangkau: 3.700+ km
* Radius tempur: 1.852+ km pada misi penetrasi
* Batas tertinggi servis: 16.800 m
* Laju panjat: 304,8+ m/s
* Beban sayap: 326 kg/m²
* Dorongan/berat: 1,13

Persenjataan

* Senjata api: 1× 30 mm (1,18 inci) GIAT 30/719B cannon dengan 125 bulatan
* Titik keras: 14 untuk Angkatan Udara Perancis (Rafale B,C), 13 untuk Angkatan
Laut Perancis (Rafale M) dengan kapasitas 9.500 kg bahan bakar eksternal dan
persenjataan,
* Rudal:
o Udara-ke-udara:
+ MICA IR/EM atau
+ Magic II dan di masa depan
+ MBDA Meteor
o Udara-ke-tanah:
+ MBDA Apache atau
+ SCALP EG atau
+ AASM atau
+ GBU-12 Paveway II atau
+ AM 39 Exocet atau
+ Rudal nuklir ASMP-A
* Lainnya:
o Poda penentu sasaran Thales Damocles
o Poda pengintaian RECO NG
o sampai 5 drop tangki
o Rafale dapat juga memuat poda pengisian bahan bakar Rafale-ke-Rafale[78]

Avionik

* Radar Thales RBE2
* Sistem peperangan elektronik Thales SPECTRA.
* Sistem pencarian dan pelacakan infra merah Thales/SAGEM OSF (Optronique
Secteur Frontal).

(Gambar: SU 35 E Super Flanker)

Sukhoi 35 E (Super Flanker) merupakan pesawat tempur multi peran layaknya Raffale, namun dengan sederet embel-embel dibelakangnya, seperti kelas berat, berjelajah panjang, bermuatan berat, dll. Pesawat ini hasil rancangan Mikhail Simonov seorang Sarjana Teknik Penerbangan yang mengawali debut pertamanya bersama Sukhoi pada tahun 1950.

Sukhoi Su-35 adalah versi perbaikan dari Sukhoi Su-27, dan pada mulanya didesain sebagai Su-27M. Pengembangan Su-27M bermula pada awal dasawarsa 1980-an.[10] Sebuah purwarupa Su-27M (T-10S-70) pertama diluncurkan pada tahun 1988. Perubahan dari Su-27 di antaranya kanard, mesin yang dinaikkan kualitasnya, radar baru, dan sistem kendali fly by wire digital.[11] Perubahan lainnya di antaranya kokpit kaca, probe pengisian bahan bakar di udara, gir moncong roda-kembar, radar yang lebih canggih, dua penyangga tambahan di bawah sayap, kapasitas bahan bakar yang lebih besar, dan sirip ekor yang lebih lebar dengan ujung serat karbon horizontal.

Purwarupa pertama dipamerkan pada tahun 1992 di Pameran Dirgantara Farnborough.[13] Sukhoi mengubah desainnya untuk pesawat tempur dari Su-27M hingga Su-35 pada tahun 1993.[10] Sepuluh purwarupa Su-35 dibuat, empat di antaranya adalah ubahan Su-27 enam lainnya adalah sama sekali baru.[14] Tiga produksi Su-27M selesai dilakukan pada tahun 1996 dan diserahkan kepada Angkatan Udara Rusia (VVS) pada tahun itu juga untuk diujicoba.[15] Lima Su-35 digunakan oleh Tim Aerobatik Rusia. Secara keseluruhan 15 pesawat Su-35 (Su-27M) yang laik terbang telah diproduksi, termasuk di antaranya sebuah purwarupa Su-35UB dengan dua tempat duduk.[1] Dua dari Su-35 dimodifikasi menjadi Su-37 pada pertengahan akhir dasawarsa 1990-an.[16] Su-35 dijuluki dengan sebutan "Super Flanker".

Meskipun purwarupa asli Su-27M/Su-35 tidak pernah memasuki deretan produksi, ada banyak perbaikan yang diajukan yang disertakan ke dalam varian ekspor Su-27, misalnya Sukhoi Su-30MKI. Tetapi, Angkatan Udara Rusia tidak menerima varian yang lebih maju dan tetap menggunakan armada Su-27 yang diterima pada masa Soviet dulu, dengan sedikit tambahan Su-30 (Sumber: Wikipedia)

Debut pertempuran sukhoi 35 E memang belum pernah terjadi secara langsung dan terbuka apalagi dog fight namun SU 27 sempat digunakan dalam skala terbatas saat pertempuran 5 hari di Georgia pada tahun 2008 lalu, tidak seperti pesawat-pesawat tempur milik negeri paman sam semisal F-14, F-15, dan F-16, bahkan F-22 Raptor sekalipun pernah terlibat langsung dalam berbagai pertempuran aktif, bisa dimaklumi memang neger tersebut memiliki posisi yang penting sebagai polisi dunia..

Berikut data statis SU 35 E (Super Flanker) (Sumber: Wikipedia)

Karakteristik umum

* Kru: 1
* Panjang: 21,9 m
* Lebar sayap: 15,3 m
* Tinggi: 5,90 m
* Luas sayap: 62,0 m²
* Berat kosong: 18.400 kg[48]
* Berat terisi: 25.300 kg
* Berat maksimum lepas landas: 34.500 kg
* Mesin: 2× Saturn 117S dengan turbofan TVC
o Dorongan kering: 8.800 kgf[49] (86,3 kN) masing-masing
o Dorongan dengan afterburner: 14.500 kgf masing-masing

Kinerja

* Kecepatan maksimum: Mach 2,25[43] (2.390 km/h,[46]) pada ketinggian
* Jarak jangkau: 3.600 km ; (1.580 km di atas daratan)
* Jarak jangkau feri: 4.500 km dengan tangki bahan bakar tambahan
* Batas tertinggi terbang: 18.000 m
* Laju panjat: >280 m/s
* Beban sayap: 408 kg/m²
* Dorongan/berat: 1,1

Persenjataan

* 1 × 30 mm kanon internal Gryazev-Shipunov GSh-30-1 dengan 150 putaran
* 2 × rel ujung sayap untuk peluru kendali udara ke udara R-73 (AA-11 "Archer")
atau poda ECM
* 12 × stasiun rangka dan sayap untuk sampai 8.000 kg artileri, termasuk peluru
kendali udara ke udara, peluru kendali udara ke darat, roket, dan bom seperti:
* Vympel R-27: R-27R, R-27ER, R-27T, R-27ET, R-27EP, R-27AE
* Vympel R-77: R-77, dan R-77M1, R-77T yang diajukan
* Vympel R-73: R-73E, R-73M, R-74M
* Kh-31: Kh-31A, Kh-31P (Peluru kendali anti-radiasi)
* Kh-35: Kh-59
* Kh-29: Kh-29T, Kh-29L
* Bom terpandu laser KAB-500
* Bom terpandu laser KAB-1500
* Bom terpandu laser LGB-250
* 250 kg bom tak-terpandu FAB-250
* 500 kg bom tak-terpandu FAB-500
* Roket terpandu laser S-25, roket tak-terpandu S-250
* Poda roket tak-terpandu S-8
* Poda roket tak-terpandu S-13

Avionik

* Irbis-E PESA

Berikut data statis umum perbandingan Rafale VS Sukhoi 35 E (Sumber: Wikipedia)

* Dimensi pesawat Rafale masih lebih kecil daripada SU 35, dimana dimensi yang
lebih kecil akan menyulitkan radar dalam memndeteksi pesawat, skor (1 : 0)
* Mesin Rafale adalah Snecma M88-2 turbofan dengan dorongan kering(tanpa after
burner 50,04 kN sementara SU 35 86,3 kN dan dorongan dengan afterburner
masing-masing sebesar 90 kN dan 145 kN, mesin jet SU 35 memiliki daya
dorong yang lebih besar, hal ini akan berbanding lurus dengan kemampuannya
dalam menggotong senjata, skor (0 : 1)
* Kecepatan pesawat, kedua pesawat mampu melesat di atas Mach 2 sekitar 2.300 Km
/jam, skor (0 : 0)
* Jarak jangkau Fery (dengan tambahan tabung BBM ekstra) Rafale mampu melesat
sejauh 3.700 Km sementara SU 35 sejauh 4.500 Km, skor (0 : 1)
* Batas service ceiling (maksimum tinggi terbang), dimana erat kaitannya dengan
fungsi intai dan manuver saat dog fight, Rafale mampu terbang setinggi 16.800
meter sementara SU 35 setinggi 18.000, skor (0 : 1)
* Laju panjat (erat kaitanya dengan manuver ability saat dog fight dan
kemampuan mengelak rudal musuh), Rafale mampu melaju dengan kecepatan 304,8
m/dtk sementara SU 35 sebesar 280 m/dtk, skor (1 : 0)
* Beban sayap (erat kaitannya dengan kemampuan membawa senjata berupa rudal dan
sejenisnya), dalam sayap Rafale mampu menahan beban sebesar 326 kg/m2,
sementara SU 35 sebesar 408 kg/m2, skor (0 : 1)
* Perbandingan dorongan mesin dan berat pesawat (erat kaitannya dengan
kemampuan manuver/kelincahan pesawat), Rafale sebesar 1,13 sementara SU 35 sebesar
1,1 walau bobot SU 35 lebih berat namun tidak mengurangi kemapuannya bermanuver,
skor (0 : 1)
* Avionik Radar (erat kaitannya untuk mendeteksi musuh) Rafale mengandalkan radar
Thales RBE2, sistem peperangan elektronik SPECTRA dan sistem pelacakan infra
merah SAGEM OSF yang dapat mengendus obyek sejauh 100 s/d 120 Km sementara SU 35
mampu mencium obyek sejauh 400 Km, skor (0 : 1)
* Harga, dari semua hal kesaktian suatu produk pesawat tempur harga selalu menjadi
patokan disamping juga kemampuannya, harga 1 unit Rafale dibanderol sebesar 90
juta dollar untuk pasar ekspor, sementara SU 35 dengan seabrek kesaktiannya
sekitar 60 juta dollar, skor (0 : 1).

Secara umum total skor untuk Rafale adalah 2 sementara SU 35 adalah 7 (2 : 7), jadi apabila ada pertempuran di atas langit Libya dimana peran omnirole Rafale sangat diagung-agungkan, apabila ditandem dengan lawan yang sepada seperti SU 35 E Super Flanker, boleh jadi akan menjadi bangkai besi di darat, kemampuan SU 35 saat ini untuk pesawat sejenis generasi 4 ++ atau 4,5 masih yang teratas...
posted by kholifaur @ 19.29   5 comments
Selasa, 29 Maret 2011
Kapal Selam Efek Deteren Yang Menakutkan
Masih hangat dalam memori kita beberapa peperangan yang terjadi dalam kurun waktu 1990 s/d 2011 ini. Sebut saja Perang Teluk I dan II, Irak, Afghanistan, dan terakhir Libya. Memang sosoknya masih kalah pamor dibandingkan dengan hingar bingarnya jet-jet tempur canggih AS dan sekutunya, namun coba kita perhatikan lebih dalam bahwa sebelum jet-jet tempur mengudara kapal selamlah yang pertama kali ambil bagian dari seluruh pertempuran yang menghabiskan dana milyaran dollar tersebut.

Walaupun berada di bawah kolom air, namun kemampuannya untuk melumat berbagai obyek vital militer dipermukaan seperti pangkalan udara benar-benar sangat mematikan. Kapal Selam bertanaga nuklir semisal USS Los Angeles atau lebih gila lagi kapal selam kelas Typhoon Rusia mampu berendam di bawah kolom air hingga 400 meter dalam jangka waktu sekitar 4 bulan tanpa harus naik ke permukaan. Selain itu operasional kapal selam ini mampu menmbus perairan tropis hingga dingin, perairan dangkal atau dalam.

Dapat dibayangkan fungsi lethal dari kapal selam tersebut, sunyi, senyap, sulit dideteksi musuh, namun sekali serang dapat sangat mematikan bagi musuh. Pernah ada case di perairan Nusa Tenggara dimana pada saat itu kapal selam kita sedang mengalami kerusakan pada bagian pumping untuk menyedot air saat menyelam, pada saat yang bersamaan kapal perang AS jenis fregat berada pada zona ekonomi eksklusif RI, menurut mereka kapal perangnya sedang dalam pengintaian kapal selam RI, dengan sopannya komandannya mengirimkan pesan permohonan maaf dan hendak keluar dari zona tersebut.

Memang harga sebuah kapal selam nuklir sangat mahal sekitar 2 milyar dollar per unitnya, namun kemampuan lethalnya tidak diragukan lagi. Memang jangan terlalu jauh berbicara tentang kapal selam nuklir, toh Jerman yang telah lama dikenal sebagai produsen kapal selam tidak memiliki kapal selam nuklir namun, kemampuan kapal selam konvensionalnya tetap tidak dapat dipandang sebelah mata, teknologi AIPnya mampu mengurangi kebisingan turbin dan alloy logamnya mampu membuat kapal selam konvensional terbarunya kelas 212 menjadi kapal selam di dunia yang berkemampuan siluman.

Berbicara tentang rencana penambahan dua kapal selamnya yang hingga saat ini masih dalam tahap finalisasi antara kilo atau amur class dari rusia dan changbogo class dari Korsel yang bersedia TOT (Transfer of Technology) dengan PT. PAL membuat harapan akan kebangkitan arsenal kita, harapannya PT. PAL mampu menjadi produsen kapal selam pertama di Asia Tenggara...
posted by kholifaur @ 01.16   1 comments
Jumat, 25 Maret 2011
Perlunya satuan AWACS
Perang antara pasukan koalisi dengan rezim Moammar Khadafi yang erat kaitannya dengan penghancuran artileri udara atau kekuatan militer berbasis udara. Kita saksikan saja jet-jet tempur canggih Rafale, F-16 Blok D, dan tak ketinggalan AWACS.

Kenapa dalam pertempuran ini peran AWACS boleh disebut memiliki peran strategis..? Pertama AWACS itu sendiri berfungsi sebagai peringatan dini terhadap obyek yang berada di wilayah udara, sepeti pesawat tempur, rudal permukaan, atau rudal udara-udara. Kedua sebagai kontrol bagi teman baik itu yang berada di udara, laut, atau darat. Karena bagaimanapun juga AWACS memiliki jangkauan hingga 400 Km yang meliputi wilayah darat, laut, dan udara.

Oleh karena itu tugas AWACS sebagai kapal patroli sangat penting, terutama bagi negara yang memiliki wilayah yang luas seperti Indonesia, tetapi saat ini kita hanya mengandalkan pesawat yang hanya memiliki fungsi patroli maritim dimana fungsi utamanya untuk mengawasi laju kapal perang dan kapal selam bagi yang dilengkapi tambahan sonar untuk ASW (Anti Sub Marine Warfare).

Memang saat ini kita (PT. DI) telah mampu mengembangkan CN 235 versi MPA (Maritime Patrol Aircraft) yang dapat menampilakn data visual obyek yang berada di laut atau darat. Lain halnya dengan fungsi AWACS yang memantau pergerakan obyek di udara, semisal jangkauan maksimal radar Sukhoi sekitar 80 mil, dapat dibantu dengan adanya fungsi AWACS apabila ada musuh yang masuk pada diluar jangkauan radar Sukhoi, sehingga Sukhoi kita dapat dengan segera mengintercept atau mempersiapkan combat systemnya lebih awal.

Saya optimis apabila ada dukungan pemerintah CN 235 pun dapat difungsikan seperti AWACS, toh untuk mendapatkan radarnya sudah banyak dijual di pasar ekspor senjata. Semoga kedatangan AWACS dapat terealisasi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.
posted by kholifaur @ 02.15   0 comments
Jumat, 18 Maret 2011
Perlunya belajar dari sejarah masa lalu
Siapa yang tidak tahu bahwa negara adidaya pada era perang dunia pertama hingga pertengahan perang dunia kedua adalah Jerman dengan pemerintahan Nazi di bawah rezim Hitlernya.

Dalam benak Hitler pada saat itu hanyalah bagaimana memperkuat armada militernya hingga memperluas kekuasaannya ke seluruh dunia, khususnya Eropa. Bagaimana tidak ketika negara dalam belahan dunia lain masih dalam keterbelakangan sebut saja Jepang, China, lebih-lebih Indonesia. Jerman sudah mampu membuat ribuan pesawat jet tempur yang terkenal seperti Messerschmidt, kapal selam, dan tank bajanya.

Tak ayal ketika Hitler memutuskan untuk menyerang Moskow pada sekitar tahun 1937 setelah sebelumnya menaklukan Inggris Raya dan Perancis ber mil-mil perjalanan dilalui tentara darat Hitler dengan membawa logistik dan tentunya kendaraan lapis baja hingga memasuki Kota Smolensk yang hanya berjarak sekitar 80 Km dari Moskow.

Lenin yang saat itu menjabat posisi tertinggi di Rusia mengerahkan kekuatan darat habis-habisan untuk membendung laju pasukan Nazi. Kontras sekali memang tank buatan Jerman VS Rusia saat itu berbeda jauh sekali, tank milik Jerman terlampau kuat hingga mampu menembus Moskow.

Namun belajar dari kekalahan Moskow pada perang dunia ke dua, Negara Beruang Merah tersebut bangkit hingga menjadi salah satu kekuatan militer terbesar dunia saat ini. Senjata apa yang tidak mampu dibuat Rusia, demi mempertahankan harga diri bangsa sudah sepantasnya negara bertanggung jawab untuk melindungi seluruh komponen bangsa dari Sabang sampai Merauke.

Apa yang sudah dibuat negara kita saat ini..? Berkali-kali wilayah laut kita dimasuki Malaysia, wilayah udara kita sudah diludahi pesawat tempur milik Singapura, namun kita tidak bisa berbuat apa-apa, diembargo alutsita oleh AS tidak membuat kita berpikir untuk memberdayakan industri militer dalam negeri. Belajarlah dari Iran, China, Swedia, Brasil, dan Rusia maka negara kita akan disegani.
posted by kholifaur @ 00.25   0 comments
Sabtu, 12 Maret 2011
Untuk Sementara Coba Kembangkan Yang Di Darat Dahulu
Mahalnya investasi di bidang matra laut lebih-lebih udara, membuat anggaran negara terkoreksi miliaran dollar untuk menambah alutsista khusus untuk kedua matra tersebut. Namun sekali lagi kedaulatan suatu negara adalah harga mati, terlebih lagi RI yang memiliki teritori darat, laut, dan udara yang sangat luas, beserta Sumber Daya Alam yang melimpah ruah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi untuk dikuasai oleh pihak asing membuat TNI tidak bisa berdiam diri dan terlena.

Industri strategis seperti yang diharapkan banyak pihak nyatanya masih mengalami kesulitan yang sangat berarti demi mengadopsi teknologi tingkat tinggi yang dimiliki oleh alutsista yang berplatform di laut dan udara. RI yang telah dikenal dunia dengan peperangan gerilyanya merupakan suatu pengakuan dunia atas keberhasilan RI dalam merebut kemerdekaan dan melawan kelompok separatis. Apalagi pengakuan dunia lainnya terhadap Kopassus yang masuk peringkat 3 jajaran pasukan elit dunia.

Pengakuan dunia tersebut seharusnya diimbangi dengan adanya pengembangan alutsista bermatra darat yang mutakhir, ironis sekali negara sebesar ini tak memiliki MBT. Memang poros kekuatan militer sudah bergeser dari darat menjadi laut dan udara. Tapi jangan pernah meremehkan matra darat, bagaimanapun juga semua basis pertahanan baik laut dan udara adalah di darat, semua suplai kebutuhan persenjataan dari kedua matra tersebut berasal dari darat. Kapal perang jenis apapun tetap akan berlabuh, begitupula pesawat tempur generasi lima juga tetap akan mendarat. Lalu bagaimana konsekuensinya untuk Alutista RI..?

Untuk jangka pendek 5 tahun ke depan RI harus memperkuat armada daratnya dengan rudal permukaan berdaya jelajah menengah 400 Km yang ditempatkan di sepanjang garis pantai utama, kemudian menambah kavaleri dengan jajaran MBT, Panser Kanon, MLRS dan Amphibi, membekali infantrinya dengan rudal anti tank dan anti udara, serta artileri berat lainnya sekelas howitzer. Toh kesemua alutsista tersebut sudah kita kuasai teknologinya tinggal bagaimana pemerintah mau mendukungnya.

Memang hingga saat ini RI belum memiliki satuan khusus untuk operasional rudal permukaan. Sudah seharusnya pemerintah jeli melihat tantangan luasnya wilayah negara kita, mungkin untuk sementara dapat ditaruh disepanjang daerah yang rawan konflik, seperti Selat Malaka, Kepulauan Natuna, Gugus kepulauan Manado bagian utara, Benkayang, Pulau Sebatik, dan wilayah selatan perairan Nusa Tenggara.
posted by kholifaur @ 05.45   0 comments
Palapa Oath (General Gadjah Mada): Sira Gadjah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gadjah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa" That was He Gadjah Mada General of Mangkubhumi wouldn't have broken the fast. He Gadjah Mada, "Had I conquered the archipelago, then I'd have broken the fast, Had I conquered Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, by then, I'd have broken the fast"
 
About Me

Name: kholifaur
Home: Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
About Me: Menyukai dunia militer dari segala aspek, perkembangannya baik di dalam dan luar negeri
See my complete profile
Previous Post
Archives
Free Blogger Templates