Sabtu, 27 September 2008
TNI 10 - 25 tahun kemudian
TNI-AU
ALUTISTA
F/A-35 Lightning II 36 pesawat
Sukhoi Su-35 BM 90 pesawat
SAAB JAS 29 Grippen 50 pesawat
L-159 B 120 pesawat
Super Tucano 48 pesawat
Total 344 pesawat

Shaanxi Y-9 10 pesawat
C-130 Hercules II 20 pesawat
CN-235 36 pesawat
Ilyushin Il-76 MK 18 pesawat
Boeing 737-900ER 3 pesawat
Total 77 pesawat

NAS 332 Super Puma II 30 pesawat
Eurocopter EC-120B Colibri 30 pesawat
NBO – 105 Bolkow 30 pesawat
Total 90 pesawat

Beriev A-50 12 pesawat
Pilatus PC-9 32 pesawat
KAI K-1B 64 pesawat

Total semua 613 pesawat
Komando Pertahanan Udara Barat / West Air Defence Command
Wing Strike Fighter
Multirole Air Superiority
2 Skuadron F/A-35 Lightning II ( @ 18 pesawat ) di Pekanbaru & Halim Perdanakusuma
Small Skuadron Interceptor
2 Skuadron SAAB JAS 29 Grippen ( @ 10 pesawat ) di Sabang & Karimun
Wing Light Fighter
Ground Attack
1 Skuadron Super Tucano ( @ 24 pesawat ) di Halim Perdanakusuma
Light Attack
1 Skuadron L-159 B ( @ 24 Pesawat ) di Halim Perdanakusuma
Wing Tranport / Logistic
Tanker
1 Skuadron Ilyushin Il-76 MK ( @ 6 pesawat ) di Halim Perdanakusuma
Tactical Transport
1 Skuadron Shaanxi Y-9 ( @ 10 pesawat ) di Halim Perdanakusuma
1 Skuadron CN-235 ( @ 12 pesawat ) di Halim Perdanakusuma
VIP Transport
1 Skuadron Boeing 737-900ER ( @ 3 pesawat ) di Halim Perdanakusuma
Wing Helicopter
Transport Helicopter
1 Skuadron NAS 332 Super Puma II ( @ 10 pesawat )
1 Skuadron Eurocopter EC-120B Colibri ( @ 10 pesawat )
1 Skuadron NBO – 105 Bolkow ( @ 10 pesawat )
Wing Aerial Region
Long range Phased Array Radar di Pekanbaru, Halim Perdanakusuma
Nova Checz Radar di setiap Lanud
S-300PMU-2 Long range SAM di Karimun & Pekanbaru
Point defence Rudal QW-3
AWACS
1 Skuadron Beriev A-50 ( @ 4 Pesawat ) di Halim Perdanakusumah

Komando Pertahanan Udara Tengah / Center Air Defence Command
Wing Strike Fighter
Multirole Air Superiority
3 Skuadron Sukhoi Su-35 BM ( @ 18 pesawat ) di Sepinggan, Makasar, Iswahjudi
Wing Light Fighter
Light Attack
1 Skuadron L-159 B ( @ 24 Pesawat ) di Iswahyudi
Wing Tranport / Logistic
Tanker
1 Skuadron Ilyushin Il-76 MK ( @ 6 pesawat ) di Iswahyudi
Tactical Transport
1 Skuadron C-130 Hercules II ( @ 10 pesawat ) di Iswahyudi
1 Skuadron CN-235 ( @ 12 pesawat ) di Sepinggan
Wing Helicopter
Transport Helicopter
1 Skuadron NAS 332 Super Puma II ( @ 10 pesawat )
1 Skuadron Eurocopter EC-120B Colibri ( @ 10 pesawat )
1 Skuadron NBO – 105 Bolkow ( @ 10 pesawat )
Wing Aerial Region
Long range Phased Array Radar di Sepinggan& Iswahyudi
Nova Checz Radar di setiap Lanud
S-300PMU-2 Long range SAM di Sepinggan
Point defence Rudal QW-3
AWACS
1 Skuadron Beriev A-50 ( @ 4 Pesawat ) di Iswahyudi

Komando Pertahanan Udara Timur / East Air Defence Command
Wing Strike Fighter
Multirole Air Superiority
2 Skuadron Sukhoi Su-35 BM ( @ 18 pesawat ) di Makasar & Biak
Small Skuadron Interceptor
3 Skuadron SAAB JAS 29 Grippen (@10 pesawat) di El Tari, Tarnate & Aru
Wing Light Fighter
Ground Attack
1 Skuadron Super Tucano ( @ 24 pesawat ) di Biak
Light Attack
1 Skuadron L-159 B ( @ 24 Pesawat ) di Makasar
Wing Tranport / Logistic
Tanker
1 Skuadron Ilyushin Il-76 MK ( @ 6 pesawat ) di Makasar
Tactical Transport
1 Skuadron C-130 Hercules II ( @ 10 pesawat ) di Makasar
1 Skuadron CN-235 ( @ 12 pesawat ) di Biak
Wing Helicopter
Transport Helicopter
1 Skuadron NAS 332 Super Puma II ( @ 10 pesawat )
1 Skuadron Eurocopter EC-120B Colibri ( @ 10 pesawat )
1 Skuadron NBO – 105 Bolkow ( @ 10 pesawat )
Wing Aerial Region
Long range Phased Array Radar di Makasar, El Tari, Manado, Biak
Nova Checz Radar di setiap Lanud
S-300PMU-2 Long range SAM di Biak
Point defence Rudal QW-3
AWACS
1 Skuadron Beriev A-50 ( @ 4 Pesawat ) di Halim Perdanakusumah

Wing Training
Training
2 Skuadron L-159 B ( @ 24 Pesawat )
2 Skuadron Pilatus PC-9 ( @ 24 Pesawat )
4 Skuadron KAI K-1B ( @ 24 Pesawat )

TNI-AL
Naval Defence Command
Frigate Ship 24 Ship

4 x La Fayette Class
1 x 100 mm TR automatic gun
2 x 20 mm modèle F2 guns
1 x Crotale CN2 launcher (8 missiles on the launcher, 18 missiles in magazine)
Provision for 16 Aster 15 missiles in vertical launchers
8 x Exocet MM40 block II missiles

4 x Horizon Class
8 × Exocet MM40 or 8 × TESEO Mk-2/A anti-ship missiles launchers
2 × Otobreda 76 mm Super Rapid guns
2 × 20 mm modèle F2 guns or 2 × KBA Oerlikon 25/80 mm
PAAMS (Principal Anti-Air Missile System): Sylver A50 vertical launchers with 32 Aster 30 and 16 Aster 15 missiles
2 × MU90 Impact double torpedo tubes
2 × SCLAR-H chaff, decoy and flares launchers
2 × SLAT anty torpedo system

4 x Fridtjof Nansen Class
1 × 8-cell Mk41 VLS 32 × ESSM
8 × Naval Strike Missile SSMs
4 × torpedo tubes for Sting Ray torpedoes
1 × 76mm OTO Melara Super Rapid gun
4 × Browning M2HB HMG
SPARE AEMARMENT
1 spare gun with calibre 76 mm or less(1 spare 76mm OTO Melara Super Rapid gun)
3 spare MK 41 VLS launcher
Low cost ASW
ECM: Active Off-board Decoy

4 x Sachsen Class
1 MK. 41 VLS Tactical with 32 cells for 32 RIM-162 ESSM (4 per cell) and 24 SM-2 IIIA surface-to-air missiles
2 RAM launchers with 21 surface-to-air/CIWS-missiles each
2 quadruple Harpoon anti-ship missile launcher
1 OTO-Melara 76 mm dual-purpose gun
2 Mauser MLG 27 27 mm autocannons
2 triple torpedo launchers with EuroTorp MU90 Impact torpedo

4 x De Zeven Provinciën Class
5×8 Mk41 vertical launch system with 8 cells each
Standard armament: 8×4 Evolved Sea Sparrow Missile and 32 SM-2 IIIA surface-to-air missiles
Another 8 cell MK41 VLS can be added
2 Goalkeeper CIWS guns
2 quadruple Harpoon anti-ship missile launchers
1 Oto Melara 127 mm/54 dual-purpose gun
2 Oerlikon Contraves 20 mm machine guns
2 twin MK32 Mod 9 torpedo launchers with Raytheon MK46 Mod 5 torpedoes
4 x KDX-III Class
One 5 inch (127mm/L62) Mk-45 Mod 4 (lightweight gun)
One 30 mm Goalkeeper CIWS
One RIM-116 Rolling Airframe Missile launcher
SM-2 Block IIIB in Mk. 41 80-cell Vertical Launching System
Four SSM-700K Hae Sung long-range anti-ship missile launchers with four missiles in each launcher
32 Hyunmoo IIIC land-attack cruise missiles + 16 K-ASROC, known as Hong Sahng-uh in domestic 48-cell Vertical Launching System
32 K745 LW Cheong Sahng-uh torpedoes

Corvette Ship 64 ship

8 x Sigma Class
Anti-air missile: 2 x quad MBDA Mistral TETRAL, forward & aft
Anti-surface missile: 4 x MBDA Exocet MM40 Block II
Guns: Oto Melara 76 mm (A position)
2 x 20 mm Denel Vektor G12 (Denel licensed copy of Giat M693/F2) (B position)
Torpedoes: EuroTorp 3A 244S Mode II/MU 90 in 2 x B515 launchers

16 x Steregushy Class
1 x Arsenal A-190 100mm
2 x MTPU pedestal machine gun 14.5 mm
2 x Kashtan CIWS
6 x 3M54 Klub or 8 x 3M24 Uran
4 x 400mm torpedo tubes
SS-N-29 / RPK-9 Medvedka-VE anti-submarine rockets

8 x Braunschweig Class
1 Otobreda 76 mm gun
2 MLG 27 mm autocannons
2x 21 cell RAM launcher
2x 2 cell launcher with RBS-15 Mk. 3 surface-to-surface missiles
mine laying capability

4 x Visby Class
1 × 57 Mk3
8 × RBS15 Mk2 AShM
4 × 400 mm tubes for Type 43/45 torpedoes
Countermeasure launchers
Mines

4 x Milgem Class
1 x 76 mm (retractable for lower radar cross section, guidance by fire control radar and electro-optical systems), A position
2 x 12.7 mm Aselsan STAMP Stabilized Machine Gun Platform (guidance by Laser/IR/TV and electro-optical systems, automatic and manual modes), B position
Anti-surface missile: 8 x Harpoon Missile (or RBS15 Mk.III)
Anti-aircraft missile: 21 x RAM (Rolling Airframe Missile) PDMS
Torpedoes: 2 x 324 mm Mk.32 triple launchers for Mk.46 torpedoes

24 x Korvetnas Class ( Impian Yang Hampir Terwujud )

Patrol Craft 100 ship
20 x FPB 57 Class
40 x FPB 60 Class
40 x KAL 36 Class
Total 100 ship

Submarine 12 Ship
6 x Kilo Class
6 553 mm torpedo tubes
18 torpedoes
24 mines
8 SA-N-8 Gremlin or 8 SA-N-10 Gimlet

6 x Type 212 Class
6 x 533 mm torpedo tubes (in 2 forward pointing groups of 3) with 12 DM2A4 torpedoes
IDAS missiles

Minesweepers 18 ship
6 x Landsort Class
6 x Tripartite Class
6 x Segura Class

Multirole vessel 20 ship
20 x Tanjung Delpele Class
posted by kholifaur @ 10.36   0 comments
NDL 40 bisa ditaruh di atas truk atau helikopter PTDI


NDL-40 (LAU 97) adalah senjata artileri medan berupa peluncur roket yang diproduksi oleh IPTN (sekarang PT.DI) dari Indonesia. Senjata ini menggunakan roket diameter 70mm atau 2,75 inchi sebagai pelurunya. Biasanya roket ini menggunakan peluru , roket sistem multi luncur FFAR 2.75" yang diproduksi secara lisensi oleh IPTN.

NDL-40 bisa meluncurkan 40 roket dari 40 tabung luncurnya secara salvo dengan selang 0,1 sampai 9,9 detik untuk tiap roketnya. Dengan kemampuan ini NDL-40 mampu meluluh-lantakan sebuah daerah seluas 200m x 300m dalam sekejab. Jangkauan terjauh dari senjata ini hanya 6 km walaupun dengan roket khusus jangkauan bisa ditambah menjadi 8 km.

Roket jenis ini bisa dikembangkan menjadi Grad 70 versi Indonesia, tinggal ditempelin diatas truk, bisa juga helikopter NAS 332 Super Puma PTDI ditambahkan rentang sayap, kemudian dipasang roket launcher NDL-40 untuk versi helikopternya. NDL-40 berpotensi untuk dikembangkan menjadi Surface to Air Missile untuk TNI AD atau "AIM 114 Hellfirenya" NAS 332 TNI AU.

kemampuan :

* 360 derajat azimuth dan -3 sampai +65 derajat elevasi kemapuan tembak
* Back loading dan modular loading system
* High mobility dan programmable Firing Control System
* Sistem lihat samapi lebih dari 6,500 mil
* operasi dan perawatan yang sederhana dan mudah
* Fleksibilitas tinggi, penggunaan ground-to-ground atau surface-to-ground

Berat

* Sistem peluncur 740.0 kg.
* sistem kontrol penembakan Individual 10.0 kg.
* sistem bidik 4.5 kg.
* komando sistem kontrol penembakan 2.0 kg.

Sistem peluncur

* Panjang 3,595 mm.
* Lebar 1,995 mm.
* Tinggi 1,600 mm.
* Panjang tabung peluncur 1,806 mm.

Ketahanan peluncur

* Tabung 400 penembakan.
* Detainer 4,000 penembakan.
* Contactor 4,000 penembakan.

Sistem kontrol penembakan Individual

* Panjang 265 mm.
* Lebar 140 mm.
* Tinggi 150 mm.

Sistem pencahayaan

* Panjang 195 mm.
* Lebar 145 mm.
* Tinggi 200 mm.
posted by kholifaur @ 09.15   0 comments
Senin, 22 September 2008
Potensi BUMN strategis Indonesia dalam pembuatan alutsista


PT PAL adalah perusahaan manufaktur dan konstruksi yang bergerak dalam pembuatan kapal militer, merchant, general engineering, repair dan maintenance. proyek pembangunan korvet "stealth" pertama TNI AL merupakan proyek prestisius yang patut dibanggakan. Seperti proyek-proyek pembangunan kapal merchant sebelumnya, PT PAL sudah mampu membuat kapal merchant dengan bobot mati hingga 50.000 dwt (drought weight ton), bisa dibayangkan, KRI Makassar 509 yang baru tiba dari pabriknya di Korea Selatan hanya berbobot mati 7.900 ton, USS Nimits (kapal induk AS) berobobot mati 80.000 dwt, kalau boleh hitung-hitungan, asal ada modal gede aja saya yakin kita dah bisa buat kapal induk, destroyer, frigat, korvet, dan kapal selam. Sedikit mengenai harga, untuk satu buah kapal induk kelas nimits dibutuhkan dana sekitar 4,5 miliar dolar AS (Rp 41,9 triliun) dengan biaya operasional per tahun mencapai 160 juta dolar AS (Rp 1,5 triliun). Untuk destroyer "siluman" AS kelas zumwalt (destroyer terbaru AS) dibutuhkan dana sekitar 3,2 milyar dolar per unit, frigat "siluman" milik AL Afrika Selatan terbaru seharga 270 juta dolar AS (Rp 2,8 triliun) per unit, korvet "siluman" kelas SIGMA terbaru milik TNI AL seharga Rp 2 triliun per unit, dan kapal selam yang rencananya akan dibeli pemerintah RI dari Korsel seharga 300 juta dolar AS per unit.


Bagaimana pengembangannya di Indonesia? Menurut saya fasilitas pendukung PT PAL sudah sangat mumpuni, dengan kemampuan "saat ini" yang sanggup membuat kapal merchant berbobot mati 50.000 dwt PT PAL sudah sepatutnya mendapat kepercayaan dan dukungan habis-habisan pemerintah untuk membangun industri militer berat karya anak bangsa. Untuk senjata seperti meriam, rudal, radar, dan peralatan pendukung elektronik dapat dipercayakan kepada BUMN strategis lain seperti PT Dahana (bahan peledak), PT Krakatau Steel, PT Barata Indonesia, PT Boma Bisma (bahan baku baja dan konstruksi), PT PINDAD (meriam dan artileri pendukung), PT LEN dan PT Inti (radar dan peralatan elektronik), PT DI, LAPAN, BPPT, Puslitbang TNI, dan BATAN (rudal), dan yang pasti Depkeu dan bank-bank milik pemerintah (BNI, BRI, dan Mandiri) untuk dananya.


Kalau pemerintah mau konsen dan membuat blue printnya saya optimis dalam kurun waktu 10 tahun Indonesia sudah mampu keluar dari kepandiran teknologi militer.
posted by kholifaur @ 08.29   0 comments
Minggu, 21 September 2008
PT PAL siap membangun korvet nasional


Menteri Pertahanan RI Juwono Sudarsono, Rabu ( 27/8 ) menerima tamu dari Italia, Chief Executive Officer Orizzonte Sistem Navali S.p.A Ing. Angelo Fusco di Kantor Departemen Pertahanan, Jakarta. Maksud dari kunjungan kepada menhan, Angelo membahas tindak lanjut pertemuan yang lalu tentang penawaran dan penjualan teknologi perkapalan sesuai perkembangan pembangunan Korvet Nasional yang sejak tahun 2004, telah membuat kesepakatan antara pemerintah Italia dengan PT. PAL dari Indonesia. Menurutnya dalam perjalanan waktu sampai saat ini masih perlu dimatangkan kembali.

Kepada menhan, Pemerintah Italia juga menawarkan kerja sama dibidang teknologi kaitannya dengan navigasi kapal, yang tujuannya untuk membantu Indonesia dalam Join Produc Strategis Nasional untuk kedepan agar mampu secara bertahap memproduksi sendiri khususnya dalam bidang Korvet Nasional. Pemerintah Italia siap melakukan pertemuan-pertemuan mengenai industri strategis dan juga mengadakan pertemuan lanjutan dalam kegiatan industri strategis yang mengarah ke MoU kedua negara.

Secara rinci tahapan yang ditawarkan Italia meliputi kesepakatan transfer teknologi, pengembangan produk dengan konten lokal, dan mengenai pembahasan pemeliharaannya. “Ketiga hal ini Italia siap membantunya”, tambah Angelo.

Sementara itu Menhan Juwono kepada tamunya menjelaskan, bahwa pembangunan Korvet Nasional tertunda mengingat adanya keterbatasan anggaran, dan akan menunggu perkembangan lebih lanjut serta diharapkan akan terlaksana pada 2009. Selain itu menhan mengatakan bahwa pemerintah Indonesia masih membutuhkan peta jalan pembangunan korvert nasional untuk mendapat informasi mengenai jangka waktu pelaksanaan, pembiayaan dan pemasaran.


Peta jalan ini lanjut menhan, dimaksudkan untuk membandingkan dengan penawaran negara lain, seberapa efisien dalam proses pembuatan korvert nasional. “kami memerlukan keterlibatan bank lokal dalam pembangunan korvert nasional ini, karena keterbatasan anggaran yang dimiliki,” tambah menhan.

Usai menerima penjelasan dari menhan, Angelo memahami kondisi keterbatasan anggaran yang dialami Indonesia, terlebih dalam waktu dekat ini akan terjadi peralihan pemerintahan pasca pemilu tahun depan dan pada prinsipnya pemerintah Italia akan menunggu dan mengikuti prosedur yang berlaku. Diharapkan sebelum April 2009 hasil penetapan pengembangan korvert nasional sudah ditetapkan.

Dalam kunjungan tersebut Angelo Fusco didampingi oleh Duta Besar Italia Roberto Palmeiri dan Atase Pertahanan Italia di Jakarta RADM Paolo Sandalli. Sementara Itu Menhan didampingi oleh Dirjen Strahan Dephan Mayjen TNI Syarifudin Tippe, S.IP, M.Si, Dirjen Renhan Laksda TNI Gunadi M.D.A, Dirjen Ranahan Dephan Marsda TNI Eris Herryanto S.IP, MA, dan Karo Humas Setjen Dephan Brigjen TNI S. Hariyanto.
posted by kholifaur @ 15.22   0 comments
LPD (Landing Platform Dock) buatan PT PAL



LPD (Landing Platform Dock) bisa diibaratkan kapal induk kecil-kecilan, kapal ini diproyeksikan untuk angkut personel, tank, panser, dan helikopter, berikut daftarnya:

Length over All : 125 M
Length between perpendicular : 109.2 M
Breadth : 22.00 M
Depth Tank Deck : 6.7 M
Truck Deck
Draft : 4.9 M
Displacement : 7.300 Ton
Kecepatan maksimum : 15 knots
Endurance days : 30 Day
Cruising range : 10.000 miles
Max Embarcation : 344 person - Crew : 126 person ; Troops & Guest : 218 person
Helicopter : 5 unit
LCVP : 2 unit
Weapon : Canon 100mm


Surabaya - PT PAL Indonesia meluncurkan kapal jenis Landing Platform Dock (LPD) senilai 19,9 juta dolar AS pesanan Departemen Pertahanan (Dephan) untuk memperkuat jajaran TNI AL.

"Kapal LPD itu merupakan kapal ketiga dari empat kapal pesanan Dephan dengan Daewoo International Corporation yang dibuat di PT PAL Indonesia," kata Dirjen Sarana Pertahanan (Ranahan) Marsekal Muda TNI Eris Herryanto, di Surabaya, Kamis (28/8).

Dephan telah memesan empat kapal LPD melalui kredit ekspor dengan Daewoo International Corp. Kontrak pembangunan (Manufacturing and Purchasing Contract) itu telah ditandatangani 19 Desember 2003.

Dari empat kapal yang dipesan, dua di antaranya telah dibangun di Korea dan kini telah beroperasi. Sedangkan dua kapal lainnya dibangun di PT PAL Indonesia sebagai upaya tranfer teknologi.

Peluncuran kapal LPD tersebut sempat mengalami penundaan hingga sembilan kali atau sekitar enam bulan dari rencana.

Sementara itu, kontrak pembangunan dua kapal LPD di PT PAL Indonesia sendiri telah dituangkan dalam perjanjian Nomor : Sper/05/AA/III/2005 pada 28 Maret 2005.

"Kesiapan PAL Indonesia menerima order itu berdasarkan pengalaman sejak 1980 industri kami telah menyelesaikan 150 kapal berbagai jenis dan ukuran," kata Dirut PT PAL Indonesia, Hars Susanto, disela peluncurkan kapal LPD.

PT PAL Indonesia selama ini telah memproduksi kapal niaga hingga 50 ribu DWT dan kapal perang seperti Kapal atroli Cepat 14 meter, 28 meter dan kapal Fast Patrol Boat (FPB) 57 meter dari berbagai versi.

Kapal LPD ketiga dan keempat yang dibangun di PT PAL Indonesia dirancang secara khusus untuk mampu dipasangi senjata 100 mm dan dilengkapi sistem kendali senjata (Fire Control System) yang memungkinkan kapal melakukan pertahanan diri (self defence).

Spesifikasi kapal LPD W000239 memiliki panjang keseluruhan 125 meter, draft maksimum 4,9 meter, kecepatan maksimum 15 knot, embarkasi maksimum 344 personel dan mampu dilandasi 3-5 helikopter.

Sumber : ANTARA
posted by kholifaur @ 09.12   0 comments
Kapal Selam (22 m length) buatan Indonesia


Spesifikasi kapal selam:
Panjang: 22 meter
Diameter press hull: 3 meter
draft: 2,6 meter
Displacement atas air: 111 ton, menyelam 133 ton
Radius kecepatan atas air: 1.200 mil/8 knot, max. 12 knot
Radius kecepatan bawah air: 160 mil/4 knot, max. 14 knot
Endurance: 6 minggu
Dalam selam aman: 80 meter, collapse depth 140 meter
Awak kapal: 7 pelaut dan 4 komando
Pendorong: 1x250 watt, diesel generator
Motor listrik: 1x220 kilo watt
Baterry: 220 sel 440 volt DC
Tangki bahan bakar: 20 ton
Propeller: twin screws, counter trans power electric
Senjata: 4 torpedo SUT

Jayalah lautku...
posted by kholifaur @ 08.03   0 comments
N 219 satu lagi dari PT DI

Jakarta, - Rancangan pesawat N-219 yang dibuat PT Dirgantara Indonesia (DI) akan melakukan uji terbang di laboratorium uji terowongan angin, bulan depan, kata pimpinan Proyek Konfigurasi Pesawat NMX-1 PT DI Untung Widjojono.

"Kalau konfigurasi kesalahan tidak banyak maka perancangannya dianggap layak diteruskan ke perancangan detil untuk dimanufaktur dan kemudian diasembling sehingga menjadi sebuah prototipe," kata Untung Widjojono di anjungan PT DI di Ritech Expo, di Jakarta, Senin.

Menurut dia, prototipe pesawat itu akan diproduksi untuk keperluan komersial jika telah melalui uji dan sertifikasi.

Dengan demikian, katanya, pesawat N219 baru akan bisa diserahkan kepada kostumer pertamanya untuk diterbangkan sekira tiga tahun atau empat tahun lagi.

Ia mengakui, pesawat seharga 4juta dolar AS itu (CN235 berharga 30 juta dolar AS) bisa saja kesulitan mendapatkan investor untuk dikembangkan secara komersial.

Namun pesawat bermesin dua tersebut, kata dia, telah disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di tanah air, karena dirancang untuk digunakan di daerah-daerah terpencil untuk penerbangan perintis di Indonesia timur.

Kawasan itu kebanyakan berelevasi tinggi, seperti pegunungan dengan ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut dan berlandasan pendek (sekitar 500 meter), juga sesuai dengan kawasan kepulauan yang jadi ciri khas Indonesia, ujar Untung.

Pesawat dengan panjang badan sekitar 15 meter dan panjang sayap 20 meter denganan kecepatan maksimal 395 km per jam tersebut dirancang agar multiguna dengan biaya operasi yang rendah. (*)

Sumber : ANTARA
posted by kholifaur @ 03.27   0 comments
UAV (Unmanned Aircraft) buatan BPPT

Satu lagi terobosan anak negeri!. Setelah berhasil membuat alat detektor tsunami yang canggih, diikuti dengan keberhasilan membuat roket dan peluru kendali, kini datang lagi berita yang membanggakan bangsa kita. Anak negeri ini tengah mengembangkan pesawat tanpa awak (unmanned aircraft).

Pesawat tanpa awak adalah wahana canggih yang saat ini semakin banyak digunakan terutama untuk misi-misi militer. Amerika sudah berkali-kali diberitakan menggunakan pesawat tanpa awak dalam medan pertempuran Irak dan Afganistan. Bahkan diberitakan penggunaan pesawat tanpa awak telah mencapai 500.000 jam terbang di Irak saja. Walaupun akan terjadi penarikan pasukan Amerika di Irak tahun ini, jam operasi pesawat tanpa awak justru diperkirakan akan naik dengan pesat. Bahkan Pentagon menyatakan, tengah membangun rencana besar pengembangan sistem wahana tanpa awak yang lebih canggih untuk 25 tahun ke depan. Pesawat tanpa awak buatan dalam negeri salah satunya adalah prototipe Unmanned Areal Vehicle-530 (UAV-530) yang dikembangkan program riset khusus bidang teknologi pertahanan di bawah Kementrian Negara Riset dan Teknologi, yang melibatkan instansi pemerintah dan swasta nasional, di antaranya Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Balitbang TNI AU, dan Balitbang Departemen Pertahanan. Untuk komponen, rancang bangun, dan rekayasa pesawat tersebut, tim riset didukung oleh PT. Pindad, PT. LEN Industri, PT. Dirgantara Indonesia, dan ITB. Program tersebut di mulai Maret 2007 sampai dengan 2010.

Selain pesawat tanpa awak UAV-530, ada beberapa pesawat tanpa awak yang dikembangkan di Indonesia, yaitu oleh BPPT yang disebut PUNA (Pesawat Udara Nir Awak). Dislitbang TNI AU dan Balitbang Dephan juga mengembangkan Pesawat Terbang Nir Awak. Tidak ketinggalan pula ITB yang bekerja sama dengan Robo Aero Indonesia, dan UAVindo juga mengembangkan prototype pesawat tanpa awak.

Dibandingkan dengan pesawat tanpa awak yang lain, UAV-530 memiliki beberapa kelebihan, seperti struktur sayap dapat dilipat sehingga mampu menjelajah wilayah yang sulit ditempuh pesawat kecil. UAV-530 dikendalikan melalui sistem komunikasi yang ditempatkan di darat atau remotely piloted vehicle (RPV). UAV dilengkapi dua sistem komunikasi, yaitu sistem kendali dan kamera yang secara realtime akan dikendalikan dan menampilkan citra di layar monitor di darat.

UAV berbahan bakar avtur dan mampu menjelajah medan berbahaya yang tidak mungkin dilakukan pesawat biasa; seperti terbang rendah untuk pemantauan wilayah kebakaran hutan, wilayah perbatasan, dan wilayah konflik.

Pada masa mendatang, pesawat tanpa awak ini akan membantu tugas pemantauan wilayah Republik Indonesia yang terdiri dari belasan ribu pulau. Saat ini, pesawat terbang dan satelit yang melakukan pemantauan untuk kepentingan pertahanan keamanan dan pengelolaan sumber daya alam.

Kita tentunya sangat berbangga dengan mulai banyaknya produk-produk canggih ciptaan anak-anak bangsa. Memang kendala utamanya bukan lah masalah kemampuan, tapi masalah dana. Seperti halnya pesawat tanpa awak ini, kebanyakan riset-riset teknologi canggih dan tepat guna sering kali terhambat perkembangannya karena masalah dana riset yang sangat minim.

Disinilah dibutuhkan sinergi yang disebut sebagai sinergi ABG. ABG berarti akademisi, bisnis dan government atau pemerintah. Dalam hal inovasi dan pengembangan riset teknologi, memang pemerintah tidak boleh berjalan sendiri. APBN maupun APBD akan sangat terbatas dalam membiayai riset-riset strategis. Sudah waktunya pemerintah menggaet sektor bisnis dan akademisi untuk ikut bergabung dalam pengembangan teknologi tepat guna. Tentunya harus dicari link-nya, bagaimana suatu riset nantinya bermanfaat untuk rakyat, untuk sponsor bisnis dengan memberikan keuntungan riil kepada sponsor bisnis tersebut, dan untuk akademikus sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan.

Sekali lagi, selamat dan sukses kepada para pahlawan bangsa, para penemu, periset, pelopor, dan promotor yang telah memberikan dedikasi tinggi untuk keharuman nama bangsa.

Spesifikasi teknis BPPT-02A 'Pelatuk' :
• Bentang sayap : 6,92 m
• Panjang : 4,38 m
• Tinggi : 1,21 m
• Berat (maksimum) : 120 kg
• Mesin : unknown (24hp - single)
• Material : Komposit/ fibre
• Altitude : 7000 ft
• Payload : 20 kg

Misi (low altitude) :
• Pemotretan udara
• Pengintaian dan pemantauan (surveillance)

Satu lagi UAV produksi LAPAN (UAVINDO)

Spesifikasi UAVINDO :
Lenght : 3 m
Wing span : 2 m
Weight : 50 kg
Engine : Turbo jet 23 kgf
Speed : 0,3 mach (maksimum)
Endurance : 20 menit
Altitude : 3000 m
posted by kholifaur @ 03.09   0 comments
Akankah N 2130 mengudara di langit Indonesia

Nasib rancang bangun twinjet
transonik N2130 karya seratus
insinyur IPTN kian menggantung
menyusul kekalahan kabinet
Presiden BJ Habibie dalam
pertarungan politik di Gedung
MPR, 20 Oktober silam. Meski
bukan kesimpulan final, terjadinya
kesimpangsiuran ini setidaknya
diakui Departemen Perindustrian
dan Perdagangan, selaku pihak
yang diserahi tugas dari
Pemerintah untuk segala hal
menyangkut kebijakan masa depan
pesawat tersebut.
Ini adalah perkembangan yang tak terduga mengingat sebelumnya, yakni pada 29
September 1999, pemerintah RI (dalam hal ini Presiden BJ Habibie) nampak masih optimis
ketika menerima limpahan Hak Atas Kekayaan Intelektual N2130 menyusul pembubaran
PT Dua Satu Tiga Puluh yang telah dilakukan pada 15 Desember 1998.
"Kami sendiri bingung. Pak Rahardi Ramelan sudah jarang ke kantor karena banyaknya
acara kenegaraan. Terlebih dari itu kita pun tak tahu siapa yang akan duduk dalam kabinet
mendatang," ujar seorang staf Humas Departemen Perindustrian dan Perdagangan kepada
Angkasa, 21 Oktober silam. Penuturan ini mengesankan bahwa jika kabinet Abdurrahman
Wahid tak berminat dengan N2130, praktis akan tamatlah riwayat proyek prestis ini.
Meputusan penyerahan yang diambil pemerintahan BJ Habibie atas rancang-bangun
N2130 sebenarnya 'tidak terlalu berlebihan'. Selain karena secara administratif memang
Memperindag lebih pas, di lain pihak Rahardi Ramelan tak lain adalah orang dekat BJ
Habibie yang diam-diam telah lama ikut mempersiapkan, membidani, serta memberi
dukungan terhadap proyek DSTP.
Demikianlah, optimisme IPTN untuk membangun secara mandiri jet komersial kapasitas 80-
130 kursi yang sempat meletup-letup sekitar 1995 itu akhirnya kandas sudah. Hal ini
dipertegas dengan perkembangan pada 29 September 1999 dimana PT DSTP yang
diawaki Saadilah Mursjid (mantan Sekretaris Kabinet) sebagai Dirut, Sudharmono (mantan
Wapres RI) sebagai Komisaris, dan sejumlah pejabat dan mantan pejabat lain resmi
mengakhiri pergulatannya.

Pada hari itu bertempat di Gedung Granadi, Jakarta, sebagai kelanjutan keputusan likuidasi
yang telah dijatuhkan pada tanggal 15 Desember 1998, pihak likuidator persisnya menutup
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa bagi PT DSTP untuk yang terakhir kalinya
dengan tiga keputusan. Pertama, adalah melimpahkan HAKI N2130 kepada negara
Republik Indonesia. Kedua, mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Likuidator. Dan,
ketiga, menyelesaikan masalah pelunasan dan serta pelepasan tanggung-jawab kepada
likuidator.
Sesuai keputusan, HAKI N2130 selanjutnya diserahkan kepada negara cq. Presiden RI
dimana dalam pengarahannya ditunjuk Menteri Perindustrian dan Perdagangan sebagai
lembaga negara yang menerima dan mengelola. HAKI dimaksud adalah berupa rancangbangun
pesawat (preliminary design) N2130, yang belum sempat direalisasikan menjadi
pesawat.
70 juta dollar
Preliminary-design sendiri ibarat rancang-bangun rumah mewah yang memiliki nilai jual
tertentu meski hanya sebatas data di atas kertas. Seperti pernah dikatakan Dr Ilham A.
Habibie, Kepala Divisi IPTN untuk N2130, preliminary design adalah salah satu tahap
dalam pembuatan pesawat terbang yang telah menyuguhkan data yang cukup mengenai si
pesawat.
"Data tersebut adalah hasil analisis teknis berdasarkan bukti perhitungan teoretis dan
eksperimental. Dengan data seperti ini sebuah perusahaan pesawat terbang telah mampu
menyakinkan para calon pembelinya hingga 95 persen confidence-reference," tutur Ilham,
putra sulung BJ Habibie itu. IPTN sendiri pernah berniat mencari mitra di luar negeri untuk
merealisasikan N2130 dengan sistem bagi hasil, namun sampai sejauh mana
kelanjutannya masih juga gelap.
Menurut catatan Angkasa, untuk menghasilkan rancang-bangun N2130 ini IPTN telah
mengeluarkan tenaga, pikiran, dan uang yang tak kecil. Untuk ini telah dikeluarkan dana
lebih dari 70 juta dollar AS. Uniknya, sesuai keputusan RUPSLB 15 Desember 1998, dana
bagi ini selanjutnya dianggap 'sunk-cost'.
Adapun menyusul pembubaran DSTP, seluruh kekayaan perseroan selanjutnya diaudit
dimana hasil disampaikan kepada Bapepam tanggal 22 April 1999 dan diumumkan lewat
media massa. Pembayaran hasil likuidasi kepada para pemegang sahamnya sendiri
kemudian dilakukan bertahap mulai 9 Agustus hingga 15 Oktober 1999.
Peminat kedirgantaraan di Tanah Air tak pernah bisa melupakan hingar-bingar N2130 yang
diumumkan langsung Presiden Soeharto pada 10 November 1995 di hanggar IPTN,
Bandung. Ketika itu, bertepatan dengan terbang perdana N250, Soeharto mengajak rakyat
Indonesia untuk menjadikan proyek N2130 sebagai proyek nasional. N2130 yang
diperkirakan akan menelan dana dua milyar dollar itu, tandasnya, akan dibuat secara
gotong-royong melalui penjualan dua juta lembar saham dengan harga pecahan 1.000
dollar. Harus diakui, pro-kontra dan sejumlah penyimpangan pun selanjutnya membayangi
proyek yang telah diumumkan Dirut IPTN (ketika itu) BJ Habibie di luar negeri sejak 1991
itu.
Namun malang tak dapat ditolak. Akibat rapuhnya fondasi, PT DSTP segera limbung saat
badai krismon pada1997. Setahun kemudian akibat adanya ketidakstabilan politik dan
penyimpangan pendanaan, mayoritas pemegang saham langsung meradang dan meminta
PT DSTP untuk melikuidasi diri. Sayonara N2130.
posted by kholifaur @ 02.17   0 comments
Jet Tempur Buatan Indonesia

Jakarta, DMC – Departemen Pertahanan kini mendapat tawaran pengadaan kendaraan tempur (ranpur) dan pesawat jet latih serba guna yang sebagian komponennya buatan dalam negeri yang diajukan oleh perusahaan swasta nasional sebagai alternatif dalam pengadaan alat utama sistem persenjataan bagi TNI.

Tawaran pengadaan industri strategis tersebut disampaikan PT BAEC, yang pada hari Senin (27/2) diberi kesempatan oleh Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono untuk mempresentasikan proposal yang diajukan, di kantor Dephan RI, Jakarta.

Dalam presentasi ini, Menteri Juwono didampingi 3 pejabat tinggi terkait masing-masing Dirjen Sarana Pertahanan Marsda TNI Pieter LD Wattimena, Dirjen Potensi Pertahanan Prof. Ir. Budi Susilo Soepandji DEA, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Dephan Prof Ir. Lilik Hendrajaya serta Karo Humas Marma TNI Abdul Azis Manaf, SE. Dalam presentasinya, Dirut PT BAEC, Widjojo Hardjo Prakoso menjelaskan kendaraan tempur yang ditawarkan adalah jenis RPP berisi 8 personil yang sebagian diproduksi di Bandung. Sedang pesawat jet yang ditawarkan jenis pesawat latih serba guna.

Usai mengikuti presentasi, Menhan mengatakan pihaknya meminta Dirjen Ranahan Pieter LD Wattimena agar bersama-sama dengan Kabalitbang Lilik Hendrajaya dan Dirjen Pothan Budi Susilo Soepandji untuk mengevaluasi dari segi kelayakan teknis dan pendanaan serta segi keperluan dari para pengguna dari tiap-tiap Angkatan.

Menurut Menteri Juwono, dari segi kelayakan penawaran tersebut sudah cukup menarik. Namun harus dilihat dari segala aspek terutama masalah kelayakan teknis dan hitung-hitungan dananya karena ujung-ujungnya tergantung dari ketersediaan anggaran.

Hasil Kunjungan Sekjen Dephan ke Thailand

Sementara itu ketika ditanya DMC tentang pemesanan produk industri strategis dari luar negeri kepada perusahaan nasional, seperti PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yang mendapat tawaran dari pemerintah Thailand, Menteri Juwono mengatakan bahwa keuntungan bagi industri kita dengan adanya permintaan seperti itu adalah pembayarannya dapat berlangsung tunai.

Menurut Menhan, cara pembayaran tunai seperti itu sampai sekarang belum dapat dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sendiri termasuk Departemen Pertahanan, karena anggaran untuk membeli pesawat harus dianggarkan sesuai APBN. “Jadi tidak mungkin pemerintah Indonesia dapat melakukan pembayaran tunai di muka”, ujar Menhan.

Pemesanan pesawat oleh Thailand terjadi ketika tim delegasi Indonesia berkunjung ke negeri gajah putih itu pada pertengahan bulan ini. Tim dipimpin Menko Perekonomian Boediono, beranggotakan Meneg BUMN Sugiharto dan Sekjen Dephan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin mewakili Menteri Pertahanan, serta Dirut PT.DI, PT.PAL dan PT.Pindad.

Dari kunjungan tersebut, pemerintah Thailand memesan 6 pesawat CN-235 untuk Dep. Pertanian guna pembuatan hujan buatan atau rainmaking dan untuk Angkatan Bersenjata akan memesan 13 unit CN-235 untuk jenis pesawat angkut militer dan patroli laut.

Ketika delegasi Indonesia mengatakan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Thailand, Sekjen Dephan Sjafrie Sjamsoeddin menjelaskan bahwa TNI juga mempergunakan pesawat CN-235. Hal itu untuk memberikan keyakinan bahwa pesawat buatan PT DI layak pakai dan layak beli oleh Thailand untuk keperluan operasional angkatan bersenjatanya.

Menhan mengatakan, penjelasan tersebut sesungguhnya merupakan promosi dan menjadi semacam dukungan atau endorsement bagi pihak luar negeri agar lebih yakin akan hasil industri strategis Indonesia sehingga mereka membeli dan memakainya.

Dikatakan oleh Menhan, kegiatan penawaran serupa hendaknya dilakukan terhadap negara-negara Asian Tenggara lainnya yang berminat karena setiap keberhasilan penjualan di suatu negara merupakan promosi bagi negara lainnya. Namun keberhasilan hal itu akan sangat tergantung pada tim marketing, ujar Menteri Juwono.
posted by kholifaur @ 00.50   0 comments
Sabtu, 20 September 2008
CN 235-220 Kedaulatan udara RI


Di tengah-tengah upaya bangkit dari keterpurukan, PT DI bisa mengembangkan produk andalannya, CN 235. Bahkan, dalam beberapa bulan ke depan, PT DI akan menyerahkan satu unit CN 235-220 versi patroli maritim kepada TNI AU. Pesawat patroli maritim yang bakal memperkuat jajaran TNI AU itu dilengkapi berbagai pengindera produksi Thales, Perancis.

Menurut ahli PT DI, CN 235 dapat dikembangkan sedemikian rupa hingga mampu menjadi pesawat intai dengan kemampuan perang elektronik, sekaligus penghancur kapal perang. Berbasis CN 235-220 versi angkut militer, CN 235 versi intai maritim dilengkapi dengan FLIR, ESM, SATCOM, dan pengecoh rudal. Bahkan, jika diperlukan CN 235-MPA dapat dipersenjatai dengan rudal antikapal permukaan dan kapal selam, Harpoon atau Excoset.

Sebagai pengintai, CN 235- MPA berfungsi untuk mengontrol perbatasan dan zona ekonomi eksklusif, mencegah penyelundupan serta antiteroris.


Di sisi lain, pengembangan industri strategis itu juga bakal menyerap lebih banyak tenaga kerja Indonesia dan menahan sebanyak mungkin modal tetap bergulir di Indonesia. Selain itu, kebijakan itu bakal memberi napas baru bagi berbagai industri strategis dalam negeri, termasuk PT DI.

Dana yang diperoleh sebagian dapat disisihkan untuk riset guna mengembangkan produk. Setidaknya, saat ini, unit industri pertahanan PT DI, misalnya, telah mampu memproduksi roket FFAR 2,75 yang mampu ditembakkan dari pesawat tempur Hawk 100/200, helikopter NBO 105 dan Nbell 412.

Unit itu juga memproduksi roket berkaliber 122 milimeter berjarak jangkau 20,4 kilometer. Ditambah dengan torpedo dan peluncur NDL-40 yang dapat ditempatkan di kapal perang, tidak menutup kemungkinan pada pengembangannya di masa depan, dapat dihasilkan senjata yang lebih canggih.

Namun, hal itu memerlukan kebijakan politik dan pembenahan internal, baik di tubuh PT DI sendiri maupun pemerintah. Maraknya calo perdagangan senjata yang menjadi benalu mau tidak mau harus dipotong habis.

Memang tidak mudah, apalagi sebagaimana korupsi, ia berurat berakar. Namun tidak bisa ditawar lagi, kondisi harus dibenahi karena semua warga bangsa tidak ingin Indonesia semakin telanjang tanpa pertahanan.

Bayangkan saja jika pemerintah membangun kebijakan untuk memperkuat skuadron pengintai dengan CN 235-MPA berudal dan mengintegrasikannya dengan kapal patroli cepat berpeluru kendali jarak sedang, niscaya laut dan udara Indonesia terlindungi.

Pada awalnya tidak harus mengejar kecanggihan, tetapi jaringan yang terintegrasi. Nantinya kekuatan itu dapat dirangkai menjadi tameng yang andal.

Sumber : KOMPAS
posted by kholifaur @ 23.55   0 comments
Tomahawk made in Indonesia will no longer exist


Walau masih jauh bila dibandingkan dengan BGM 109 Tomahawk (Si Kapak Indian) buatan Amerika Serikat yang harga satuannya sekitar USD 569.000 (Rp 5.263.250.000), namun patut dibanggakan kreasi anak negeri yang dikomandoi oleh Dr. Rika Andiarti (Kepala Bidang Kendali Pustekwagan - LAPAN). Prototip "Tomahawk" itu adalah Roket RKX 320 (Roket Kendali Eksperimen) berdiameter 320 mm yang mampu terbang dengan daya angkut 52 ton/detik, roket tersebut berdaya jangkau 42,1 km (Jakarta-Bekasi) atau (Pulau Batam-Singapura), bayangkan kalau roket tersebut disisipi warhead berhulu ledak setara dengan 52 ton tnt, ya lumayan lah tower BNI 46 di daerah Manggarai sonoan dikit bisa luluh lantah dibuatnya. Menurut Kepala LAPAN Dr. Adi Sadewo Salatun bahwa pada 2010 LAPAN sudah akan mengembangkan Roket Balistik RX 420 (400 km) dan roket kendali berdaya jelajah 1.000 km. Namun itu semua untuk kepentingan penginderaan (satelit) dan surveillance lho, tapi bisa juga dikembangkan sebagai peluru kendali.

Spesifikasi Roket RX 320 LAPAN:
Pembuat: LAPAN (Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional)
Panjang: 4.7 M
Diameter: 3.2 M
Berat: 500 Kg
Bahar Bakar: Hydroxy Terminated Poly Butadiene dan Ammonium Perchlorate
Daya Dorong: 52 Ton per detik
Diluncurkan: 19 Mei 2008, 06.15 WIB
Lokasi: Fasilitas uji terbang roket LAPAN, Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat
Hasil Peluncuran: Jangkauan 42.1 Km, Ketinggian 15 Km, Lama 115 Detik, Perangkat telemetri di ruang muatan mengirim seluruh data penerbangan

Daya jelajah RX 320 Lapan setara dengan Exoceet block 40 terbaru buatan Perancis, namun lebih gilanya lagi Roket RX 320 memiliki tingkat agresifitas yang lebih dahsyat dan performanya lebih halus (mudah untuk dikendalikan sehingga apabila diberi muatan kendali jarak jauh alias rudal, roket ini akan semakin tepat sasaran), seperti yang dikatakan Staf ahli menristek bidang pertahanan Richard Mengko.

Ke depan, setelah rangkaian uji coba itu mampu mengukur ketinggian dan jarak jangkauannya, nantinya roket akan diberi alat pengendali. Diharapkan, kelak roket memiliki motor jet, yang dikendalikan arahnya dengan diberi koordinat, sehingga sifatnya menjelajah dan mencari sasaran. Selanjutnya, “Bila di kepala roket dipasang bahan peledak, maka jadilah peluru kendali. Itulah tahapan LAPAN berikutnya,” ujar Mawardi optimis.

Bukan tak mungkin TNI tertarik memanfaatkannya, mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia membutuhkan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alusista) yang bisa ditempatkan di pulau-pulau terpencil dan di kapal perang untuk menjaga kedaulatan wilayah kita.

Bahkan, konon, TNI-AL telah memrogramkan rudal permukaan ke permukaan, yang mampu menempuh jarak 20 mil laut. Hulu ledaknya dipesan yang mampu menembus dinding besi. Rudal nasional ini akan dipasang pada empat kapal korvet (kapal cepat) yang dibuat TNI-AL dan PT PAL di Surabaya. Juga, rudal darat ke darat dengan jarak jangkau 20 km.

Berikut roket-roket buatan anak negeri yang berpotensi dikembangkan untuk keperluan militer:
1. Roket RX 100 (panjang 1.543 mm, diameter 110 mm, daya jelajah 4 km) dapat dikembangkan untuk rudal anti tank atau anti permukaan yang dicantolkan pada helokopter serang, dapat dikembangkan seperti rudal AGM 114 Hellfire (daya jangkau 500 m - 7 km) yang dicantolkan pada helikopter serbu NATO AH-64 Apache atau AH-1 W Cobra.
2. Roket RX 100/100 (panjang 2.731 mm, diameter 110 mm, daya jelajah 14,6 km) dapat dikembangkan untuk rudal udara ke udara seperti yang biasa terdapat pada pesawat tempur, dapat dikembangkan seperti rudal AIM 9 Sidewinder.
3. Roket RX 250 (panjang 4.240 mm, diameter 250 mm, daya jelajah 51,3 km - 300 km) dapat dikembangkan untuk rudal udara ke udara seperti AIM 120 AMRAAM atau balistik sekelas BGM 109 Tomahawk.
4 Roket RX 420 (daya jangkau hingga 1.000 km, proyek dimulai 2010) dapat dikembangkan sebagai ICBM (Intercontinental Ballistic Missile) dapat dimuati hulu ledak nuklir.
posted by kholifaur @ 00.02   0 comments
Jumat, 19 September 2008
Panser 6x6 VAB versi Pindad (Kijang Kapsulnya Panser)


Pembuatan panser 6x6 APS (angkut personel sedang) pada awalnya merupakan
perintah Panglima TNI Endriartono Sutarto pada Oktober 2005 ketika
prototipe pertamanya baru saja selesai. Saat itu, Endriartono menyatakan
panser buatan Pindad tak perlu diragukan lagi, hanya perlu
penyempurnaan. Namun, kelanjutan proses persetujuannya baru disetujui
oleh working group TNI dan tim pokja TNI AD pada 4 Agustus lalu. Pindad
hanya diberi waktu dua bulan untuk mengerjakan empat prototipe agar
ketampanan sosok gagah sang Sangkuriang bisa dipamerkan di Cilangkap
saat upacara HUT ke-61 TNI.
Tak pelak lagi, empat divisi Pindad di Kiaracondong, Bandung, Jawa
Barat, terpaksa bekerja siang malam berusaha keras menyelesaikannya
dengan komponennya nyaris 100 persen merupakan produk dalam negeri.
Untunglah, saat ini ‘tidak ada lagi’ sosok Dayang Sumbi yang suka
melakukan ritual doa kepada dewata agar matahari terbit lebih awal
sehingga Pindad bisa memenuhi janjinya kepada TNI.
Please…, usir jauh-jauh si-Dayang Sumbi itu, agar tak mampu mensabotase
bulatnya tekad dalam memajukan produksi dalam negeri dan mendorong
kemandirian alutsista angkatan perangnya Republik yang kita cintai ini.
***

Meminjam iklan Toyota, panser Sangkuriang buatan Pindad juga mengalami
revolusi mirip dengan mobil terlaris di Tanah Air, Toyota Kijang.

Pada akhir 2003 Pindad membuat mobil lapis baja beroda empat berbasis
truk Isuzu 3/4 (biasa dipakai Kopaja dan Metromini) yang diberi nama
APR-1 V1 (angkut personel ringan). Bentuk APR-1 tak bisa dibilang
tampan. Bisa disejajarkan dengan generasi pertama 'Kijang Doyok'. Namun
40 APR-1 sempat membuktikan ketangguhannya dalam darurat militer di Aceh
selama 2004. Dengan sasis yang sama, Pindad membuat APR-2, minibus lapis
baja untuk Polri.

Pada 2005, untuk pertama kali dikembangkan panser 6x6, yaitu APS-1 V1
(angkut personel sedang) dan APS. Keduanya merupakan kendaraan identik
yang memakai sasis truk 5 ton Perkasa dari Texmaco. Bedanya, APS hanya
mempunyai satu kabin depan untuk pengemudi. Dua pasang roda belakang
APS-1 dan APS mengelompok terpisah dari sepasang roda depan (asimetris).
Lebih mirip truk berlapis baja daripada panser. Seumpama Kijang, APS-1
bisa diumpamakan generasi ‘Kijang Super’.

APS mempunyai keunikan dengan dua pintu geser samping untuk penumpang,
selain pintu belakang yang standar. Desain yang aneh untuk kendaraan
tempur. Lebih cocok sebagai limusin lapis baja untuk mengangkut jenderal
ke medan perang daripada sebuah kendaraan tempur. Anggap saja generasi
‘Kijang Kapsul’.

Tapi panser 6x6 seri nol kali ini benar-benar revolusi. Panser sejati
dengan body monokok dan enam roda simetris yang mengelompok menjadi
satu. Suspensi semua rodanya pun sudah independen. Posisi mesin tak lagi
di kolong seperti truk, tapi sejajar kabin penumpang sehingga bisa
dibuat versi amfibi.

Dalam dunia Kijang, Panser 6x6 ini ‘lebih maju daripada Kijang Innova’
yang belum berani meninggalkan sasis tangga (ladder frame).

Spesifikasi :
- Berat kendaraan : 10.200 kg
- Berat Tempur : 12.000 kg
- suspensi : independen modular torsion bar
- body : monokok, plat baja 8-10 mm
- kaca : tahan peluru tebal 30-40 mm
- mesin : Perkasa WD 615 260-300 hp
- kecepatan maks : 120 km/jam di jalan raya
- transmisi : manual (6 maju, 1 mundur)
- pintu belakang : hidraulik dan manual

Beautiful Revolution, Republika, Senin, 09 Oktober 2006.
***
SEOLAH anak-anak yang tengah bergembira menemukan mainan barunya, 10
prajurit pasukan pemelihara perdamaian PBB asal Batalyon Kavaleri 7,
Kodam Jaya, yang rencananya dikirim ke Lebanon akhir Oktober, tampak
tersenyum-senyum sambil duduk-duduk berjajar di dalam kabin panser 6x6
produksi terbaru PT Pindad.

"Jauh lebih adem di dalam sini, mas, daripada di panser VAB yang biasa
kami pakai dan rencananya juga dibawa ke Lebanon. Kalau ini kan ada tiga
AC-nya. Sedangkan di panser kami cuma ada satu AC dan itu pun jenis yang
biasa dipakai di rumah-rumah," ujar salah seorang prajurit sambil
nyengir.

Dua panser jenis VAB milik Yonkav-7 kodam Jaya memang tampak terparkir
tidak jauh dari panser PT Pindad itu. Kedua panser tadi adalah bagian
dari 14 unit panser VAB yang dibeli tahun 1997 lalu. Beberapa personel
pasukan Yonkav-7 yang kali itu mengenakan helm baja warna biru PBB
tampak berjalan mendekat dengan raut wajah menunjukkan ketertarikan.

Upacara peringatan hari jadi ke-61 Tentara Nasional Indonesia, yang
digelar secara sederhana dan tanpa diikuti gelar parade pasukan maupun
persenjataan, Kamis (5/10) kali ini tampaknya ikut berdampak pada
rencana PT Pindad memamerkan teknologi kendaraan tempur terbarunya,
Panser 6x6 PT Pindad.

Sebanyak empat unit (prototipe) kendaraan tempur produksi dalam negeri,
yang konon dibanggakan tidak kalah hebat jika dibandingkan dengan
panser-panser sejenis seperti VAB (Vehicule de l'Avant Blinde) buatan
Renault Trucks, Perancis, tersebut nyaris luput dari perhatian Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono.

Pihak protokoler Istana Kepresidenan tampaknya tidak mengagendakan
Presiden untuk sekadar singgah dan melongok hasil produksi anak bangsa,
yang menurut Direktur Produk Purboyo sengaja dikebut pembuatannya dalam
dua bulan untuk bisa dipamerkan di momen peringatan HUT TNI itu.

"Tadi waktu baru datang, Presiden hanya sempat lewat dan melongok dari
kaca jendela mobilnya keempat panser kami yang diparkir di sini. Saat
lewat Presiden memelankan laju kendaraannya," ujar Direktur Produk
Militer PT Pindad Pentadi Purbo saat berbincang-bincang dengan wartawan
di kabin personel panser, yang memang terasa sejuk walau udara di luar
panas menyengat di siang hari itu.

Menurut Purbo, pihaknya bersama-sama sekitar 20 perusahaan industri
dalam negeri lain, yang memang sengaja diundang sejak awal untuk ikut
terlibat, sudah "berjibaku" siang malam menuntaskan pekerjaan membangun
panser jenis Angkut Personel Sedang (APS) itu. Rencananya untuk memenuhi
target rencana men-display keempat unit panser tadi pada upacara HUT
ke-61 TNI.

Terhitung proses itu dilakukan dua bulan dari disetujuinya pembakuan
disain rancang bangun panser 6x6 oleh tim kelompok kerja TNI pada 4
Agustus kemarin. Setelah disain disetujui baru lah mereka bias bekerja.
Akan tetapi sayangnya kerja keras itu tidak mendapat tempat dan
perlakuan yang layak pada kesempatan kali ini.

Keempat unit panser buatan anak bangsa, yang masing-masing berbobot mati
sekitar 12 ton itu, bahkan diparkir lumayan jauh dari lokasi upacara
peringatan HUT TNI, sekitar 500 meter di salah satu sisi ruas jalan
masuk dan keluar Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta Timur. Walau
begitu Purbo tetap mengaku optimis karena saat ini pihaknya dan Markas
Besar TNI Angkatan Darat telah menandatangani Letter of Intent (LoI)
rencana kebutuhan panser 6x6 TNI-AD 2006-2009 sebanyak 100 unit. Mabes
TNI-AD menurut dia sudah berkomitmen membeli panser-panser produksi PT
Pindad tadi.

Rencananya, untuk tahun anggaran 2006 akan dibangun sebanyak 18 unit
terlebih dahulu, termasuk empat unit, yang "luput" dari perhatian banyak
pihak kali ini. Purbo yakin kesepakatan serupa juga dapat terjalin
antara pihaknya dan dua matra angkatan lain.

Hal itu mengingat panser produksi PT Pindad sangat fleksibel dan dapat
dirancang-bangun sesuai kebutuhan setiap kesatuan, seperti panser amfibi
untuk pasukan Marinir, panser untuk keperluan ambulans, maupun panser
yang mampu mengangkut senjata anti-serangan udara untuk kebutuhan TNI
Angkatan Udara.

Selain kelebihan punya kemampuan dimodifikasi sesuai kebutuhan,
kendaraan tempur panser 6x6 PT Pindad ini juga punya banyak kelebihan
kompetitif lain. Beberapa di antaranya, kelebihan teknis bagian kokpit
panser yang terkomputerisasi penuh (full-computerized).

Disain bagian kokpit panser juga memungkinkan setiap kru "pilot" panser
dapat mengontrol gerak panser, tampilan layar-layar navigasi, peta,
gambar CCD/TI, dan pemetaan taktis elektronis, yang jauh lebih lebar,
serta pintu hidrolis pada bagian belakang panser, yang memungkinkan
pergerakan keluar masuk pasukan menjadi lebih lincah.

Tidak cuma itu, di dalam panser ini persoalan kenyamanan juga
diperhatikan. Caranya dengan memasang tiga unit penyejuk ruangan,
masing-masing berkekuatan tiga PK, satu di bagian kabin pengemudi dan
dua di bagian kabin personel.

Dengan begitu, walau terbilang 100 persen bagian tubuh terbuat dari
bahan baja tebal, suasana di dalam panser tidak terasa panas sama sekali
walau sinar matahari menyengat di luar sana. Tidak lupa juga yang
terpenting, mesin penggerak panser diproduksi di dalam negeri, Perkasa
WD 615 Diesel Cyl 260-300 HP, termasuk juga alat komunikasi HF dan VHF
buatan PT LEN.

Selain kelebihan secara teknis, harga per unit panser ini menurut Purbo
juga sangat kompetitif dan jauh lebih murah daripada panser sejenis
buatan luar negeri. Menurut dia, harganya bisa mencapai 50 persen lebih
murah. Hal itu karena kandungan lokal komponen-komponennya jauh lebih
besar.

"Karena hampir semua proses pembuatan dan komponen panser diproduksi di
dalam negeri, harganya bias jauh lebih murah. Selain itu proses
perawatan dan perbaikannya juga tidak memakan anggaran besar karena
dapat dilakukan di dalam negeri (PT Pindad)," tambah Purbo.

Walau luput dari perhatian Presiden, boleh jadi PT Pindad seharusnya
tetap merasa bangga karena sejumlah prajurit dari Yonkav-7, yang secara
riil bakal menjadi pengguna dan langsung merasakan segala kelebihan
fitur-fitur fasilitas panser hasil produksi dalam negeri itu, langsung
menyatakan apresiasi positif mereka.

Tidak ada pujian yang lebih berarti dari pujian tulus mereka yang tahu
benar tentang apa yang akan disampaikan. Hal itu akan jauh lebih
bermakna ketimbang sekadar pernyataan atau pidato-pidato formal.
Membangun industri pertahanan dalam negeri memang memerlukan lebih dari
sekadar tekad dan pidato bersemangat, komitmen riil jauh lebih
diperlukan.

Panser Adem PT Pindad, Tak Kalah Dengan VAB Perancis, Kompas, Senin, 09
Oktober 2006.
***

Negosiasi pembelian 32 panser VAB (V‚hicule de l'Avant Blind‚) antara
Departemen Pertahanan (Dephan) dengan Renault Trucks Defence, Prancis,
yang dilangsungkan sejak 28 September lalu, hingga kini belum juga
rampung. Padahal Dephan menjanjikan, pekan lalu dilakukan
penandatanganan pembelian 32 panser untuk misi pasukan perdamaian PBB ke
Lebanon (Unifil) itu.

Lupakan sejenak VAB. Tanpa banyak publikasi, empat prototipe panser
buatan dalam negeri yang mirip VAB telah dirampungkan oleh PT Pindad dan
dipajang di tengah-tengah jalan utama Mabes TNI Cilangkap saat upacara
HUT TNI ke-61, Kamis (5/10).

Empat panser beroda enam (6x6) berkelir hijau loreng itu langsung
menarik perhatian awak tiga panser VAB bercat putih dengan tulisan UN
(United Nation/PBB) yang sedang melintas di Cilangkap. ''Wah, saya baru
pertama kali melihat panser ini,'' ucap seorang komandan panser VAB dari
Batalion Kavaleri 7 Kodam Jaya. Delapan anak buahnya tanpa ragu langsung
memenuhi kabin penumpang yang cukup lega untuk 10 personel.

''Luasnya sih sama dengan VAB. Tapi di sini lebih adem. '' sahut serang
prajurit. Terang saja, 14 panser VAB ketika dibeli dari Prancis pada
1997 dengan harga 700 ribu dolar AS, dalam kondisi kosong. Terpaksa
dipasangi sendiri dengan satu pendingin ruangan (AC) rumah berkekuatan 1
PK. Sedangkan dalam kabin panser buatan Pindad paling baru, itu dijejali
dengan tiga AC bus dengan total daya sembilan PK. Lumayan sejuk walau
tetap belum bisa mendinginkan body baja yang panas tersengat mentari.

Produk panser 6x6 ini belum diberi nama, hanya inisial seri nol sebagai
penanda basis untuk berbagai varian lanjutan.

Nyaris 100 persen komponennya produk dalam negeri sehingga Pindad berani
mematok setengah harga dari panser buatan luar negeri, termasuk VAB
tentunya.

Panser Pindad ini memang persis dengan VAB. Hanya saja, VAB koleksi TNI
AD versi roda empat (4x4) yang lebih murah dari VAB versi 6x6. Di
samping kiri panser 6x6 ini dilengkapi kubah terbuka (copula) yang bisa
memutar 360 derajat untuk senapan mesin berat (SMB) kaliber 12,7 mm atau
pelontar granat otomatis (AGL).

Pembuatannya merupakan perintah Panglima TNI Endriartono Sutarto pada
Oktober 2005 ketika prototipe pertama panser 6x6 APS (angkut personel
sedang) selesai. Saat itu, Endriartono menyatakan panser buatan Pindad
tak perlu diragukan lagi, hanya perlu penyempurnaan. Namun desain panser
baru disetujui oleh working group TNI dan tim pokja TNI AD pada 4
Agustus lalu.

Pindad hanya diberi waktu dua bulan untuk mengerjakan empat prototipe
agar bisa dipamerkan di Cilangkap saat upacara HUT ke-61 TNI Empat
divisi Pindad di Kiaracondong, Bandung, Jawa Barat, terpaksa bekerja
siang malam. Demikian pula dengan 20 subkontraktor lokal lain, termasuk
PT LEN yang memasok radio HF dan VHF serta Texmaco untuk mesin diesel
enam silinder.

''Anak buah saya sering tak tidur. Mereka bilang, Sangkuriang saja tak
akan bisa buat yang seperti ini,'' kata Direktur Produk Militer Pindad,
Pentadi Purboyono. Tamu-tamu Pindad dari luar negeri pun meragukan.
Normalnya, satu prototipe dibangun dalam setahun.

Dalam legenda, dongeng Sangkuriang yang hendak melamar ibu kandungnya
sendiri, Dayang Sumbi, diberi syarat membangun bendungan dan perahu
hanya dalam waktu satu malam. Walau dibantu ribuan siluman, Sangkuriang
gagal karena kehabisan waktu. Perahu buatannya pun ditendang dan
'menjelma' menjadi Gunung Tangkuban Parahu di utara Kota Bandung.

Untung ‘tidak ada lagi’ Dayang Sumbi yang berdoa kepada dewata agar
matahari terbit lebih awal sehingga Pindad bisa memenuhi janjinya kepada
TNI. Walau beberapa protipe yang dibawa ke Cilangkap masih ada yang
belum selesai, alias isinya masih kosong.

Pindad pun optimistis tak akan bernasib seperti Sangkuriang yang dikutuk
dan lenyap ditelan bumi. TNI pun puas dan menjanjikan pesanan 100 panser
untuk TNI AD hingga 2009. Pesanan angkatan lain dipastikan segera
menyusul.

Kini, tinggal uji coba dan menyiapkan berbagai versi lanjutan seperti
ambulans, komando, kanon, artileri medan, zeni, recovery vehicle,
artileri pertahanan udara untuk Paskhas TNI AU, amfibi untuk Marinir,
dan tak lupa kendaraan perang nubika (nuklir, biologi, kimia).

Lupakan Panser VAB Prancis, Tengok 'Sangkuriang' Pindad, Republika,
Senin, 09 Oktober 2006.
posted by kholifaur @ 21.37   0 comments
Rabu, 17 September 2008
Etanol dari Singkong
Anda tak percaya ? Sekarang mulailah untuk mempersiapkan tikar karena kita akan bertualang sejenak ke kebun belakang rumah. Begini ceritanya….
Negara-negara maju telah mengembangkan energi alternatif yang dapat menggantikan peranan minyak bumi dan sumber bahan alam (terutama galian) yang berfungsi sebagai bahan bakar. Cadangan minyak bumi yang semakin menipis karena peningkatan kebutuhan serta jumlah penduduk dunia yang bombastis (China saja jumlah penduduknya sudah 1 milyar…) adalah faktor pendorong giatnya ilmuwan dalam mencari sumber energi baru yang dapat diperbaharui, murah dan aman bagi lingkungan (terutama yang berasal dari nabati).

Beberapa bahan bakar alternatif yang popular adalah biodiesel, biogas, biofuel, hydrogen dan energi nuklir. Biofuel adalah salah satu turunan dari biomassa. Biofuel merupakan bahan bakar yang berasal dari tumbuhan atau hewan, biasanya dari pertanian, sisa padatan juga hasil hutan.
Coba kita lihat biofuel, khususnya etanol. Melalui proses sakarifikasi (pemecahan gula komplek menjadi gula sederhana), fermentasi, dan distilasi, tanaman-tanaman seperti Jagung, Tebu dan Singkong dapat dikonversi menjadi bahan bakar.
Kebetulan beberapa waktu yang lalu menemukan cara pembuatan etanol dari singkong yang diterapkan oleh Bapak Tatang H Soerawidjaja. Pengolahan berikut ini berkapasitas 10 liter per hari :

1. Kupas 125 kg singkong segar, semua jenis dapal dimanfaatkan. Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil.
2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16%. Persis singkong yang dikeringkan menjadi gaplek. Tujuannya agar lebih awet sehingga produsen dapat menyimpan sebagai cadangan bahan baku
3. Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless si eel berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter. Panaskan gaplek hingga 100″C selama 0,5 jam. Aduk rebusan gaplek sampai menjadi bubur dan mengental.
4. Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam langki sakarifikasi. Sakarifikasi adalah proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin, masukkan cendawan Aspergillus yang akan memecah pati menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100 liter bubur pati singkong. perlu 10 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10% dari total bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100-juta sel/ml. Sebclum digunakan, Aspergilhis dikuhurkan pada bubur gaplek yang telah dimasak tadi agar adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek. Cendawan berkembang biak dan bekerja mengurai pati
5. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan: air dan endapan gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke dalam tangki fermentasi. Namun, sebelum difermentasi pastikan kadar gula larutan pati maksimal 17—18%. Itu adalah kadar gula maksimum yang disukai bakteri Saccharomyces unluk hidup dan bekerja mengurai gula menjadi alkohol. Jika kadar gula lebth tinggi, tambahkan air hingga mencapai kadar yang diinginkan. Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir agar mencapai kadar gula maksimum.
6. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Saccharomyces bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob alias tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada 28—32″C dan pH 4,5—5,5.
7. Setelah 2—3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah berupa endapan protein. Di atasnya air, dan etanol. Hasil fermentasi itu disebut bir yang mengandung 6—12% etanol
8. Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
9. Meski telah disaring, etanol masih bercampurair. Untuk memisahkannya, lakukan destilasi atau penyulingan. Panaskan campuran air dan etanol pada suhu 78″C atau setara titik didih etanol. Pada suhu itu etanol lebih dulu menguap ketimbang air yang bertitik didih 100°C. Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
10. Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar larul, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab itu, perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu dipanaskan 100″C. Pada suhu ilu, etanol dan air menguap. Uap keduanya kemudian dilewatkan ke dalam pipa yang dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap kadar air tersisa hingga diperoleh etanol 99% yang siap dieampur denganbensin. Sepuluh liter etanol 99%, membutuhkan 120— 130 liter bir yang dihasilkan dari 25 kg gaplek
posted by kholifaur @ 02.56   0 comments
Palapa Oath (General Gadjah Mada): Sira Gadjah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gadjah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa" That was He Gadjah Mada General of Mangkubhumi wouldn't have broken the fast. He Gadjah Mada, "Had I conquered the archipelago, then I'd have broken the fast, Had I conquered Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, by then, I'd have broken the fast"
 
About Me

Name: kholifaur
Home: Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
About Me: Menyukai dunia militer dari segala aspek, perkembangannya baik di dalam dan luar negeri
See my complete profile
Previous Post
Archives
Free Blogger Templates