Minggu, 25 Oktober 2009
Lemjitek TNI AD Ciptakan Robot Tempur


MALANG(SI) – Siapa bilang anak negeri tidak mampu menciptakan teknologi perang, seperti produksi Pentagon Amerika Serikat atau negara maju lainnya.

Buktinya,meski dengan segala keterbatasan fasilitas yang dimiliki Lembaga Pengkajian Teknologi (Lemjitek) TNI AD, Karangploso,Kabupaten Malang, mampu menciptakan robot tempur. Robot tempur yang masih dalam bentuk prototype ini, sudah mampu dioperasionalkan dan diujicobakan di lapangan terbuka. Sistem operasionalnya juga sangat canggih, yakni menggunakan sistem kendali jarak jauh memanfaatkan gelombang radio.

Menurut salah seorang anggota teknisi lapangan Lemjitek TNI AD, Kapten Arh.Petrus Gunawan, prototype robot tempur ini sudah beberapa kali diujicobakan,dan mampu menempuh jarak hingga 1 km dari pusat kendali. ”Ukurannya 1,5 m kali 0,5 m dengan berat sekitar 100 kg. Robot ini memiliki mesin penggerak dua roda,dan mampu mengangkut beban hingga sekitar 150 kg, kecepatan maksimalnya bisa mencapai 60 km/jam,” terangnya. Robot yang diciptakan pada tahun 2009 dan belum memiliki nama ini, digerakkan dengan tenaga listrik dari dua baterei yang tersimpan di dalam bodi robot.

Dua baterei ini memiliki kekuatan 36 volt yang berfungsi untuk penggerak, dan 12 volt untuk sistem kontrolnya. Gunawan mengaku, kondisi robot ini belum sepenuhnya sempurna karena baru selesai proses perakitannya, kemungkinan masih sekitar 70-80% dari kondisi ideal yang diinginkan. Meski dinyatakan belum sepenuhnya sempurna, namun robot tempur ini memiliki kemampuan yang setara dengan robot tempur impor. Selain dapat dikendalikan secara jarak jauh, robot ini dilengkapi dengan kamera pengintai sebanyak enam unit,dan sensor ultra- sonic untuk mengenali setiap hambatan yang dihadapi.

”Kami juga memasang dua senjata perusak pada robot ini, yakni senapan mesin ringan (SMR) jenis Minimi kaliber 5,56 mm, dan roket anti tank Estalansa caliber 90 mm yang bisa dioperasionalkan dari jarak jauh,”ungkapnya. Rencananya Lemjitek TNI AD akan terus menyempurnakan robot tempur ini,bahkan akan mengusulkannya ke Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) TNI AD,untuk dijadikan salah satu perlengkapan tempur. Teknisi lapangan Lenjitek TNI AD lainnya,Kapten Arm.Gatut Yuli Susanto mengaku,robot tempur ini sengaja dirancang untuk senjata pengintaian sehingga dilengkapi kamera dan alat sensor.
”Namun, apabila ada kondisi darurat seperti ada serangan dari lawan,baik senjata ringan maupun kendaraan tempur berat, robot ini mampu juga menjadi alat tempur yang efektif dan aman,karena bisa dikendalikan dari jauh”katanya.


(Seputar Indonesia)
posted by kholifaur @ 06.40   0 comments
Sabtu, 10 Oktober 2009
Jet tempur generasi kedua (pertengahan 1950 s/d awal 1960)
gbr 1. F-100 Super Sabre

Pengembangan pesawat tempur generasi kedua dilatarbelakangi oleh suatu terobosan teknologi, berbagai pelajaran yang diambil dari medan tempur Perang Korea, dan fokus kepada operasional yang mengarah kepada pengembangan senjata nuklir.

gbr 2. HAL HF-24

Kemajuan teknologi dalam aerodinamik, propulsi, dan bahan dasar pembangunan body pesawat (terutama campuran aluminium) memungkinkan desainer pesawat tempur untuk bereksperimen dengan berbagai inovasi aeronautika seperti sayap lekuk, delta, dan badan pesawat. Penggunaan yang lebih luas lagi dari mesin turbojet afterburning membuat jet pada masa ini mampu menembus kecepatan suara, dan kemampuan untuk mempertahankan kecepatan supersonic saat terbang menjadi kualifikasi yang umum pada jet tempur pada generasi ini.

gbr 3. Gloster Javelin

Desain pesawat tempur juga menjadi lebih baik yaitu dengan adanya teknologi elektronik baru yang membuat radar menjadi kecil namun lebih efektif untuk ditaruh diatas pesawat tempur dengan ukuran yang lebih kecil.

gbr 4. IAI Nesher

Radar yang melekat dalam tubuh pesawat memungkinkan pendeteksian pesawat musuh yang berada diluar pandangan mata, dengan demikian meningkatkan sasaran deteksi musuh dengan meningkatkan jangkauan radar yang berpangkalan di darat. Dengan cara yang sama, peningkatan pengembangan peluru kendali menjadikan rudal udara ke udara menggantikan peranan senjata mesin (kanon) sebagai senjata utama untuk pertamakalinya dalam sejarah pesawat tempur. Selama periode ini peluru kendali passive homing berpemandu inframerah menjadi senjata utama yang umum digunakan, tetapi sensor awal rudal inframerah ini memiliki sensitifitas yang buruk dan sangat sempit dalam pandangan mata (umumnya tidak lebih dari 30o), hal ini membuat efektifitas rudal menjadi terbatas dan hanya dapat digunakan untuk jarak pendek, tail-chase engagement (serangan dari belakang pesawat musuh). Peluru kendali berpemandu radar juga diperkenalkan pada masa ini, tetapi contoh awalnya menampilkan gambar yang tidak realistis. Peluru kendali Semi Active Radar Homing (SARH) dapat melacak dan menghalau pesawat musuh dengan memasang radar tersebut di bagian pesawat. Rudal berpemandu radar jarak menengah dan jauh menjanjikan suatu perubahan dalam pertempuran diluar jangkauan mata. Dan banyak sekali usaha-usaha yang dilakukan untuk pengembangan teknologi ini.

gbr 5. Super Mystere

Kemungkinan terjadinya perang dunia III menampilakan mekanisasi angkatan bersenjata dalam jumlah besar dan serangan senjata nuklir mengarahkan kepada derajat spesialisasi melalui pendekatan dua desain, yaitu: (1) interceptor (seperti English Electric Lightning dan Mikoyan Gurevich MiG-21F dan (2) fighter bomber (seperti Republic F-105 Thunderchief dan Sukhoi 7). Dogfighting (air combat), merupakan penyederhanaan dari dua hal diatas. Interceptor merupakan salah satu pengembangan yang luar biasa dimana peluru kendali menggantikan secara penuh peranan dari senjata (canon) dan pertarungan udara akan berlangsung diluar pandangan mata (beyond visual range combat). Sebagai hasilnya, interceptor didesain dengan kemampuan membawa rudal yang besar dan radar yang tangguh, mengorbankan dalam hal kecepatan, ketinggian jelajah, dan kemampuan menanjak.

gbr 6. MiG 21 Fishbed

Dengan peran utamanya sebagai pertahanan udara, penekannya ada pada kemampuan untuk menghalau jet tempur pembom yang mampu terbang pada ketinggian jelajah yang tinggi. Pengkhususan sebagai interceptor pertahanan terkadang memiliki jangkauan yang terbatas dan kecil, jika begitu, pesawat tersebut dimasukan kepada pesawat tempur serang darat. Jet tempur pembom dapat berfungsi sebagai air superiority (pertahanan udara) dan serang darat, selain itu juga terkadang didesain untuk kecepatan tinggi, mampu terbang rendah yang ditujukan untuk mengirimkan meriam udaranya. Peluru kendali berpemandu televisi dan inframerah diperkenalkan untuk meningkatkan kemampuan bom konvensional dan beberapa dilengkapi kemampuan untuk mengirimkan bom nuklir.

gbr 7. Fiat G-91

Berikut beberapa pesawat tempur yang dapat dikategorikan generasi kedua berdasarkan negara asal:
1. Perancis: (a) Dassault Etendard IV, (b) Dassault Super Mystere, (c)Dassault Mirage II/5
2. India: (a)HAL HF-24 Marut
3. Israel (a)IAI Nesher

gbr 8. Saab 35 draken

4. Italia: (a)Fiat G-91
5. RRC: (a)Shenyang J-6 “Farmer”, (b)Chengdu J-7 “Fishbed
6. Sweden: (a)Saab 32 Lansen, (b)Saab 35 Draken
7. Uni Soviet: (a)Mikoyan-Gurevich MiG-19 Farmer, (b) Mikoyan-Gurevich MiG-21F Fishbed, (c) Sukhoi Su-7 Fitter A, (d) Sukhoi Su-9/11 Fishpot
8. United Kingdom: (a) De Havilland Sea Vixen, (b) English Electric Lightning, (c) Gloster Javelin, (d) Hawker Hunter, (e) Supermarine Scimitar, (f) Supermarine Swift
9. USA: (a) Chance-Vought F-8 Crusader, (b) Grumman F-9 Cougar, (c) Grumman F-11 Tiger, (d) North American F-100 Super Sabre, (e) McDonnell F-101 Vodoo, (f) Convair F-102 Delta Dagger, (g) Lockheed F-104 Star Fighter, (h) Republic F-105 Thunderchief, (i) Convair F-106 Delta Dart
posted by kholifaur @ 07.21   0 comments
Pesawat tempur bermesin jet generasi pertama
gbr 1. Dassault Ouragan

Telah menjadi hal yang umum dalam komunitas penerbangan dengan mengklasifikasikan jet tempur dengan istilah “Generasi” tidak lain adalah untuk tujuan sejarah. Memang tidak terdapat definisi yang resmi mengenai penggenerasian jet tempur; lebih lanjut, hal ini semata-mata untuk mengetahui lebih mudah bahwa pengembangan mereka adalah berjenjang dengan pendekatan desain, kemampuan tempur, dan perubahan teknologi.

Kerangka waktu yang diasosiasikan dengan setiap “Generasi” adalah kurang tepat dan hanya berupa indikasi suatu periode dimana filosofi desain dan penerapan teknologi dipengaruhi oleh desain pesawat tempur dan pengembangannya. Kerangka waktu ini juga meliputi periode puncak pada saat pesawat tersebut masuk masa tugas.

Jet tempur subsonik generasi pertama (pertengahan 1940 s/d pertengahan 1950)

Generasi pertama jet tempur merupakan sebuah inisial, desain jet tempur subsonik diperkenalkan pada akhir masa perang dunia II dan pada periode awal pasca perang. Mereka berbeda sedikit dari rekannya pesawat bermesin piston dalam penampilannya, dan banyak diantaranya yang bersayap tidak berlekuk (unswept). Senapan merupakan persenjataan utama. Dorongan pengembangan pesawat bermesin turbojet menyisakan keuntungan yang kurang berarti dalam hal kecepatan maksimalnya. Top speed pesawat tempur ini peningkatannya kurang begitu berarti selama masa perang dunia II oleh karena adanya pengembangan mesin piston yang lebih bertenaga, dan mulai memasuki rejim penerbangan transonik dimana efisiensi mesin piston berpropeller (baling-baling) menurun secara pasti.

gbr 2. F-3D Skynight

Pesawat bermesin jet pertama dikembangkan selama masa perang dunia II dan terlihat berperang dua tahun menjelang akhir periode ini. Messerschmitt mengembangkan jet tempur pertama yang siap beroperasi, yaitu Me-262. Pesawat ini diperkirakan lebih cepat dibandingkan pesawat bermesin sejenis yang paling mutakhir, dan ditangan pilot yang berkompeten, cukup sulit bagi pilot tentara sekutu untuk menaklukannya. Desainnya tidak begitu banyak dikembangkan, namun cukuplah untuk menghentikan kampanye udara tentara sekutu, dan kombinasi dari kekurangan bahan bakar, kehilangan pilot, dan kesulitan teknis dengan mesin membuat serangan secara tiba-tiba menjadi rendah. Bagaimanapun juga, Me-262 mengindikasikan kelemahan pesawat bermesin piston. Didorong oleh laporan mengenai adanya jet tempur buatan Jerman, Gloster Meteor buatan Inggris mulai diproduksi segera setelah 2 pesawat sejenis masuk masa tugas pada sekitar masa yang sama di tahun 1944. Meteor umumnya digunakan untuk menghalau pesawat V-1 “Buzz Bomb”, oleh karena pesawat ini terbang lebih cepat daripada pesawat bermesin piston lainnya. Menjelang akhir perang dunia II hampir semua produksi pesawat tempur bermesin piston dihentikan. Beberapa desain pesawat yang mengkombinasikan mesin piston dan jet untuk propulsinya (pendorong) – seperti Ryan FR Fireball – terdapat laporan ada beberapa yang digunakan, tetapi menjelang akhir 1940 sebenarnya semua jenis pesawat tempur telah bermesin jet.

gbr 3. F-89 Scorpion

Terlepas dari kelebihannya, pesawat tempur generasi pertama sangatlah jauh dari sempurna, terutama pada masa-masa awal generasi pertama. Masa awal operasionalnya dapat diukur dalam hitungan jam; mesinnya sendiri mudah pecah dan terlalu masif, dan tenaganya hanya dapat diatur secara perlahan. Banyak skuadron pesawat bermesin piston bertahan hingga awal dan pertengahan tahun 50an, bahkan dalam angkatan udara dengan kekuatan utama (walaupun tipenya dipertahankan, namun merupakan desain yang terbaik di era perang dunia II). Inovasi berupa kursi lontar dan ekor pesawat yang all-moving diperkenalkan pada periode ini.

gbr 4. He-162

Amerika adalah salah satu yang pertama untuk mulai menggunakan jet tempur pada periode pasca perang. Lockheed P-80 Shooting Star (segera di desain kembali menjadi F-80) nampak kurang elegan dibandingkan dengan Me-262 yang memiliki sayap lekuk, tetapi pesawat ini memiliki kecepatan jelajah 660 km/jam atau 410 mil/jam, sama cepatnya dengan top speed pesawat bermesin piston pada umumnya. Inggris kemudian mendesain beberapa jet tempur baru, termasuk yang menjadi icon pada saat itu de Havilland Vampire yang banyak dijual ke beberapa negara.

gbr 5. Supermarine Attacker

Ironisnya, Inggris melakukan alih teknologi mesin jet Rolls-Royce Nene kepada Soviet yang segera mengaplikasikannya menjadi pesawat tempur canggih Mikoyan-Gurevich MiG-15. Pesawat ini menerapkan sayap lekuk dalam pertempurannya, suatu penemuan yang pertama kali diajukan oleh peneliti Jerman yang memungkinkan terbang pada kecepatan yang lebih dekat dengan kecepatan suara dibandingkan dengan desain sayap lurus seperti yang diterapkan pada F-80. Top speed Mig-15 yang mampu mencapai 1.075 km/jam (668 mph) cukup membuat shock terapi bagi pilot F-80 Amerika yang menyergap MiG-15 di semenanjung Korea, bersama dengan persenjataan mereka berupa dua buah kanon 23 mm dan satu buah kanon 37 mm yang dibandingkan dengan senapan mesin. Bagaimanapun juga, dog fight jet tempur vs jet tempur pertama dalam sejarah yang berlangsung di selama perang Korea pada 8 November 1950, sebuah F-80 menghalau 2 buah MiG-15 Korea Utara dekat Sungai Yalu dan menembak jatuh kedua pesawat tersebut.

gbr 6. Saab 29 Tunnan

Amerika merespon dengan segera membentuk skuadron sayap lekuk F-86 untuk bertempur melawan MiG yang memiliki kesamaan kecepatan transonik. Kedua jenis pesawat tersebut memiliki kekuatan yang berbeda, tetapi memiliki cukup kesamaan sehingga teknologi yang canggih seperti radar ranging gunsight dan kemampuan veteran pilot Angkatan Udara Amerika Serikat mengakui keberadaan MiG-15.

gbr 7. Yak 15/17 Feather

Angkatan laut di beberapa negara di dunia juga melakukan transisi pesawat tempurnya menjadi bermesin jet selama periode ini, sehingga diperlukan catapult-launching (ketapel untuk menarik pesawat saat take off dari kapal induk) untuk jenis pesawat yang mendarat di kapal induk. Seperti Grumman F9F Panther yang diadopsi oleh AL Amerika Serikat sebagai jet tempur utama pada periode Perang Korea, dan pesawat ini merupakan yang pertama yang dapat melakukan afterburner. De Havilland Sea Vampire merupakan pesawat tempur pertama AL Inggris. Radar digunakan pada pesawat yang diterbangkan khusus diwaktu malam, seperti F3D Skynight yang juga menembak jatuh MiG saat Perang Korea, dan kemudian semakin disempurnakan oleh hadirnya F2H Banshee dan F7U Cutlass yang bersayap lekuk serta F3H Demon sebagai pesawat tempur malam segala cuaca. Versi awal Infra Red Air to Air Missile seperti AIM-9 Sidewinder dan rudal berpemandu radar seperti AIM-7 Sparrow yang sedang dikembangkan saat ini awalnya diperkenalkan pada jet tempur subsonik sayap lekuk Demon dan Cutlass versi AL.

gbr 8. CF-100 Cannuck

Berikut beberapa pesawat tempur yang dapat dikategorikan generasi pertama berdasarkan negara asal:
1. Kanada
a. Avro CF-100 Canuck
2. Perancis
a. Dassault Ouragen
b. Dassault Mystere
c. Dassault Mystere IV
3. Nazi Jerman
a. Messerschmitt Me-262
b. Heinkel He-162
4. RRC
a. Shenyang J-5 “Fresco”
5. Swedia
a. Saab 21R
b. Saab 29 Tunnan
6. Uni Soviet
a. MiG-9 Fargo
b. MiG-15 Fagot
c. MiG-17 Fresco
d. Lavochkin La-15 Fantail
e. Yakovlev Yak-15/17 Feather
f. Yakovlev Yak-23 Flora
g. Yakovlev Yak-25 Flashlight
7. United Kindom
a. De Havilland Vampire
b. De Havilland Venom
c. Gloster Meteor
d. Supermarine Attacker
8. USA
a. Bell P-59 Airacomet
b. Lockheed P-80 Shooting Star
c. Republic F-84 Thunderjet
d. Republic F-84F Thunderstreak
e. North American F-86 Sabre
f. Northrop F-89 Scorpion
g. Lockheed F-94 Starfire
h. North American FJ-1 Fury
i. North American FJ-2/3/4 Fury
j. McDonell F2H Banshee
k. McDonell F3H Demon
l. Douglas F3D Skynight
m. Douglas F4D Skyray
n. Vought V7U Cutlass
o. Grumman F9F Panther
posted by kholifaur @ 06.42   0 comments
Jumat, 09 Oktober 2009
KRI Cakra 401, Kapal Selam Kelas U 209


Galangan kapal terkemuka Korea Selatan Daewoo telah merampungkan tugasnya dalam mengembalikan kemampuan tempur KRI Cakra, salah satu kapal selam buatan Jerman yang dimiliki TNI AL dan segera dilayarkan kembali ke perairan yang menjadi medan pengabdiannya.

Kehadiran KRI Cakra yang bernomor lambung 401 pada tanggal 19 Maret 1981 seolah menuntaskan dahaga TNI AL akan kebutuhan kapal selam disel elektrik moderen sebagai pengganti armada kapal selam klas Whiskey buatan Uni Sovyet yang satu demi satu harus dibesituakan karena ketiadaan suku cadang senagai imbas putusnya hubungan diplomatik dengan negara pembuatnya pasca pemberontakan Komunis 1965. Pilihan Indonesia pada kapal selam buatan industri Howaldt Deutsche Werke (HDW), Kiel ini sesuai dengan tuntutan strategis akan kebutuhan sosok kapal selam berkemampuan jelajah samudera dengan kelengkapan sensor dan senjata yang modern serta cocok dioperasikan di perairan tropis. Sampai tahun 1980 HDW telah memasarkan kapal selam klas 209 dengan berbagai variannya sebanyak 22 unit ke delapan negara Eropa dan Amerika Selatan tanpa terjadi komplain oleh negara pemakainya. Sampai tahun 2006 ini U-209 menjadi kapal selam paling laris di dunia dengan jumlah 64 unit dan dioperasikan oleh 14 negara di Eropa (3 negara), Amerika Latin (7 negara), Asia (3 negara)dan Afrika (1 negara).

Keberhasilan ekspor kapal selam generasi ketiga Jerman ini tidak dapat dilepaskan dari tampilan teknologi yang lebih maju dari kapal selam disel elektrik sebelumnya seperti klas Whiskey buatan Rusia dan seangkatannya seperti klas Oberon buatan Inggris disertai manajemen penjualan yang user oriented . Kemajuan teknologi kapal ini terletak pada rancang bangun kapal, sistem penggerak,sensor dan senjata. Kemajuan rancang bangun mencakup struktur lambung monohull, desain kapal yang streamline, dan bahan lambung yang terbuat dari baja non magnetik. Rancang bangun ini memungkinkan kapal selam ini bermanuver secara lincah di dasar laut disertai dengan kemampuan mereduksi pantulan sonar. Kapal – kapal selam disel elektrik saat ini meniru rancang bangun U-209 ini.

Sistem penggerak pada kapal ini dirancang untuk mampu mendorong kapal selam lebih cepat melaju di bawah air dalam endurance di bawah permukaan yang lebih tinggi. Sepertiga bagian dari isi kapal selam ini dipenuhi oleh sistem pendorong yang berupa satu mesin pendorong, empat mesim disel, dan empat generator serta empat buah baterai yang masing – masing terdiri dari 120 cell. Komposisi sistem penggerak ini mampu mendorong kapal selam pada kecepatan maksimal 21,5 knot saat menyelam dan 8 knot sat berlayar di permukaan serta berlayar snarting. Bandingkan dengan klas Whiskey yang hanya melaju di kedalaman dengan kecepatan maksimal 13 knot.

Keunggulan teknologi lainnya adalah pilihan aplikasi persenjataan dari torpedo konvensional, advanced torpedo semacam torpedo SUT (Surface and Undersurface Torpedo) yang dapat dikendalikan dari kapal selam melalui kabel serat seperti yang dipasang pada dua kapal selam TNI AL, hingga peluru kendali anti kapal permukaan seperti yang diterapkan pada klas Shisumar AL India. Variasi senjata ini menjadi daya tarik tersendiri pada kapal selam U-209 ini.

Perusahaan HDW menekankan pada kebutuhan pengguna kapal selam produknya. Desain kapal selam U-209 di daerah sub tropis seperti Yunani berbeda dengan kapal selam U-209 yang dioperasikan di perairan tropis. Kapal – kapal selam tropis membutuhkan pendingin udara kabin untuk memberikan kenyamanan pada awak kapalnya, tingginya kadar garam (salinitas) air laut tropis juga memerlukan jenis sonar yang tidak sama dengan sensor bawah air di kawasan sub tropis. Disamping itu perusahaan Jerman ini juga memberikan kebebasan pada customernya untuk memilih persenjataan yang dibutuhkan untuk kapal selam dipesannya. Kiat yang paling penting lainnya adalah memberikan layanan purna jual berupa perbaikan yang dikerjakan di galangan Jerman atau di luar Jerman. Perusahaan ini juga memberikan lisensi pembangunan U-209 kepada galangan – galangan kapal di luar Jerman seperti Mazagon India dan Daewoo Korea.

Overhaul KRI Cakra

Bersama adik kembarnya, KRI Nanggala-402, eksistensi KRI Cakra menjadi andalan kekuatan pemukul TNI AL sejak tahun 1981. Rangkaian operasi laut dan patroli laut menjaga perairan Indonesia menjadi menu utamanya setiap tahun. Karena hanya memiliki dua kapal, satuan kapal selam Armada RI Kawasan Timur harus membagi rotasi dua elemennya ini secara maksimal. Tentu saja jam layar keduanya amat tinggi dari unsur – unsur kombatan lainnya dengan komposisi operasi-siaga di pangkalan-perbaikan (1/3:1/3:1/3), sedangkan satuan kapal selam menganut ½ kekuatan operasi dan ½ kekuatan lainnya perbaikan.
Jam layar yang sedemikian tinggi membuat KRI Cakra harus mengalami perbaikan besar atau overhaul pada tahun 1993. Perbaikan ini difokuskan pada pengembalian performa sistem pendorong, pergantian baterai dan meng up date sistem sensornya. Seluruh perbaikan tersebut dilakukan di galangan PT PAL Surabaya selama empat tahun. Sejak saat itu kiprah kapal selam ini semakin tinggi karena KRI Nanggala menyusul masuk dock pada tahun 1997-1999.
Tujuh tahun setelah perbaikan besarnya, kemampuan KRI Cakra semakin menurun sehingga pemimpin TNI AL mengajukan program perbaikan besar dan sejumlah pergantian pada sebagian peralatan radar dan sonarnya dengan spare part baru. Pekerjaan mengembalikan performa KRI Cakra ini merupakan pekerjaan besar yang memerlukan galangan kapal yang berpengalaman untuk dapat menyelesaikan overhaul dengan hasil optimal dan cepat mengingat Indonesia membutuhkan kehadiran kapal selam ini.



Pilihan jatuh pada galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering(DSME), sebuah industri pembuatan kapal Korea Selatan yang berdomisili di kota Ockpo. Perusahaan ini telah mendapatkan lisensi dari HDW untuk membuat kapal – kapal selam klas U-209. Reputasi perusahaan tidak diragukan lagi dalam urusan pembuatan dan perbaikan kapal selam karena telah berhasil memproduksi 9 unit kapal selam U-209/1200 setipe dengan KRI Cakra klas Chang Bo Go untuk AL Korea Selatan sejak tahun 1989 beserta perbaikannya dengan hasil memuaskan. Dengan kata lain perusahaan itu memiliki kemampuan tinggi untuk melaksanakan overhaul.

Kontrak perbaikan KRI Cakra ini disepakati pada tahun 2004 senilai 60 juta dolar US dan dikerjakan selama 22 bulan. Overhaul itu meliputi perbaikan bangunan kapal, peralatan navigasi, peralatan komunikasi, sistem kendali senjata, disel generator, tangki – tangki-tangki, dan peralatan sensor(radar dan sonar), serta penggantian sejumlah komponen radar dan sonar dengan peralatan baru.

DSME memenuhi jadwal yang ditentukan. Perbaikan mulai dilaksanakan pada pertengahan Mei 2004, pada awal bulan Februari 2006 seluruh pekerjaan telah diselesaikan, dan diuji coba pada tanggal 13 Februari 2006. Menurut Kasal Laksamana TNI Slamet Soebijanto, perbaikan itu mengembalikan performa KRI Cakra 80 % dari kemampuan tertingginya.

Bila saat pemberangkatannya menuju Korea Selatan, kapal selam ini digendong dengan kapal tunda raksasa, maka saat berlayar kembali ke tanah air, 60 personel TNI AL dibawah pimpinan komandan KRI Letkol Laut (P) Iwan Isnarto melayarkannya dari Korea Selatan ke Indonesia dengan menempuh jarak 2812 mil laut dalam waktu 16 hari. Pelayaran ini sekaligus digunakan untuk menguji semua kemampuannya terutama sejumlah sistem yang menjadi fokus perbaikan di DSME tersebut.

KRI Cakra tiba di pangkalannya dermaga Ujung Surabaya pada tanggal 21 April 2006. Upacara penyambutannya pun langsung dipimpin oleh Kasal Laksamana TNI Slamet Soebijanto. Hal ini menyuratkan betapa pentingnya kapal selam tersebut bagi armada tempur TNI AL saat ini. Kapal selam yang memakai nama senjata sakti tokoh pewayangan Sri Kresna ini kini telah kembali bertugas bersama saudara kembarnya yang menyandang namasenjata sakti Baladewa itu. Bergabungnya kembali kapal selam tersebut paling tidak cukup melegakan mengingat kompleksnya ancaman keamanan laut di Indonesia. Kasal mengharapkan pemerintah dapat memenuhi 12 kapal selam yang dalam kajian angkatan laut kekuatan tersebut akan mampu memberikan daya pukul dan memberikan efek penangkalan kepada semua pihak yang mencoba mengusik kedaulatan di perairan Indonesia. Orang nomor satu dijajaran TNI AL itu meyakini bahwa kapal selam merupakan alut sista angkatan laut yang paling strategis. Selamat bertugas kembali Cakra sambil mengharapkan kedatangan kapal – kapal selam berikutnya di jajaran TNI AL. (Heri Sutrisno-Dispenal)
posted by kholifaur @ 16.46   0 comments
KRI Krait 827



Membuat kapal perang (KRI) berbahan dasar aluminium yang sukses dilakukan di Batam bukanlah sesuatu pekerjaan yang muda. Selain dikejar waktu, KRI itu haruslah sesuai standar marine class.

Bukan saja persoalan waktu, biaya yang diploting dalam anggaran Mabes TNI-AL tidaklah mencukupi untuk membuat sebuah kapal bagus berstandar internasional itu. Buktinya, dalam proses pembuatan saja sudah tiga kali gambar (design) kapal tersebut diganti, hanya untuk suatu alasan yang lumrah, yakni anggaran tak mencukupi.

Desain awal, seharunya kapal perang itu berkecepatan 32 knot. Itu berarti mesin yang dibutuhkan haruslah mesin 2.700 HP (horse power) x 2. Namun, harga mesin sebesar itu mencapai kurang lebih Rp8 miliar sampai Rp10 miliar untuk satu buah mesinnya.

Desain yang telah susah payah dibuat, kemudian diganti dengan merancang kapal berkecepatan di bawahnya, yakni ukuran 1,250 HP x 3 dengan kecepatan 28 knot. Lagi-lagi tersandung pendanaan. Karena selisih harganya tak sedemikian signifikan. Rancangan kapal kembali dirubah terutama pada hull (bawah air) kapal tersebut. ”Dengan perubahan itu, para desainer kapal itu harus bekerja ekstra dan berhati-hati,” kata perwira pengawas (pawas) pembangunan Fasharkan Mentigi Kapten Gatot Arijanto ketika ditemui Batam Pos, belum lama ini.

Akibat terkendala dana tersebut, ia bersama jajarannya kembali mengajukan proposal ulang dengan desain berkapasitas lebih kecil, yakni kecepatan kapal mencapai 20 knot, dengan desain mesin 1250 HP x 2, yakni mesin MAN buatan Jerman berstandar marine class. Setelah mendapat persetujuan Mabes TNI-AL dengan rancangan yang ada, kendala lain terus muncul, yakni tenaga kerja lapangan yang akan membuat kapal tersebut dari titik nol. Perlu shipyard yang berpengalaman dan mampu menyelesaikan pekerjaan kapal tersebut.

Dilakukanlah survei keliling di seluruh shipyard yang ada di Batam. Dari keseluruhan yang dikunjungi, hanya sekitar empat hingga enam shipyard yang sanggup mengerjakan kapal tersebut, namun tak semunya memiliki lisensi seperti yang diharapkan. Alumni teknik perkapalan Universitas Hang Tuah Surabaya itu, mengaku nekat menggandeng PT Batam Express Shipyard (BES) yang nota bene perusahaan galangan milik anak bangsa.

Bersama pimpinan tertinggi Fasharkan Mentigi Uban, yakni Kolonel Sugeng dan dua anak buahnya masing-masing Lettu Syahrul dan Agus Santoso, memutuskan untuk tetap menyelesaikan pekerjaan tersebut. ”Ditetapkan PT BES sebagai pelaksana pekerjaan itu bukanlah tanpa kendala,” kata dia. Pasalnya, PT BES belum pernah membuat kapal perang (KRI) terutama kapal yang memiliki linggi (haluan) yang agak ekstrim serta memiliki spesifikasi khusus.

Sumber daya manusia (SDM) lokal yakni putra-putri Indonesia yang berada di shipyard PT BES yang diawasi Fasharkan Mentigi selama 14 bulan secara bahu-membahu melaksanakan proyek itu. KRI made in Indonesia berbahan aluminium itu adalah kapal pertama yang mampu dikerjakan anak bangsa. Walau buatan dalam negeri, material pembuat kapal itu umumnya didatangkan dari luar negeri. ”Untuk plat aluminium ukuran 4 milimeter sampai 30 milimeter harus dibeli dari Italia, Yunani, bahkan Afrika Selatan. Mesinnya dibeli di Jerman. Sedangkan jaringan elektrikal (Schendier) dari Prancis,” ujar Gatot.

KRI Krait sendiri memiliki sistem pendukung pengaman untuk peluncuran rudal ke permukaan (SSM), radar marting (penandaan) yang bisa membaca nama kapal musuh. Walau terus mengalami banyak perubahan yang kadang membingungkan, namun Direktur PT BES Djuhairi Dahlan kepada Batam Pos, mengaku tetap optimis kapal produksi putra-putri Indonesia itu bakal sukses diselesaikan.

Program alih teknologi antara PT BES dan Fasharkan Mentigi untuk menyelesaikan KRI tersebut akhirnya tercapai. ”Hanya satu tujuan, yakni menunjukkan pada negara lain bahwa Indonesia juga mampu mendesain, membuat, dan memiliki kapal perang berbahan aluminium,” imbuh Djuhairi.

Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso disaksikan KSAL Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno meresmikan dua unit Kapal Perang RI (KRI) jenis Patroli Cepat (PC-40) yang dibuat oleh Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan) TNI AL Mentigi Tanjung Uban, Riau. Dua kapal yang diresmikan di Dermaga Fasharkan Mentigi, Rabu (7/1/2009), itu adalah KRI Krait-827 dan KRI Tarihu-829.

Upacara peresmian dua KRI tersebut selain ditandai dengan penaikan bendera merah putih, ular-ular perang dan lencana perang di KRI juga ditandai dengan penyematan tanda jabatan oleh Panglima TNI kepada Komandan KRI Krait-827 Kapten Laut (P) Agus Darmawan dan Komandan KRI Tarihu-829 Kapten Laut (P) Tonny Sumarno. @detiknews
posted by kholifaur @ 06.42   0 comments
Rabu, 07 Oktober 2009
Helicopter Carrier by PT. PAL Indonesia


Angkatan laut seluruh negara pasti merindukan memiliki Kapal perang Jenis ini. Negara mana yang tidak menginginkan kekuatan militer-nya mampu mobile / bergerak. Sebuah kapal induk sedang di kembangkan oleh putera-puteri Indonesia, dan ternyata kita bisa. Ternyata Indonesia Mampu Membuat Kapal Induk.

Kapal tersebut memang baru sebuah model yang dikembangkan PT PAL Surabaya, dan pada indodefence 2008 model kapal induk ini di pamerkan. PT. PAL sedang mengembangkan Kapal Induk Helikopter, PT.PAL percaya diri mampu membangun kapal semacam itu.Kemampuan tersebut terbangun oleh keberhasilan PT. PAL dalam memenuhi permintaan pembangunan kapal besar ukuran 50.000 ton yang dipesan berbagai perusahaan pelayaran internasional.

Kapal induk helikopter buatan PT.PAL memiliki kapasitas helipad sebanyak 6 (enam) helikopter. Namun, di dalam perutnya mampu untuk menyimpan 10 (sepuluh) buah helikopter lagi, sehingga jumlah 16 (enambelas) helikopter yang mampu dibawanya merupakan suatu kekuatan yang tidak kecil bagi sebuah armada perang.

Apabila TNI AL memiliki kapal perang jenis ini maka bakal menjadi pendukung utama dalam sistem pertahanan maritim Indonesia. Kapal ini akan diproyeksikan sebagai kapal induk helikopter. Karena Indonesia tidak punya musuh, dan hanya dikhususkan bagi pertahanan atau defensif, maka kapal ini hanya layak dinamakan LPD atau "Amphibious transport dock". TNI AL memesan beberapa jenis kapal ini dari PT PAL yang dikerjakan bersama dengan Daewoo korea.

Bagi negara kepulauan sangat lah penting memiliki sebuah armada laut yang tangguh apalagi Indonesia sering tertimpa bencana alam. Dengan kapal induk helikopter di harapkan mampu menggerakkan transportasi udara berupa helikopter ke titik bencana secara cepat. jadi selain kegunaan dalam fungsi militer, kapal induk helikopter mampu memberikan dukungan SAR.

http://www.jkmhal.com/main.php?sec=content&cat=1&id=9833
http://humbahas.blogspot.com/2009/03/kombinasi-yak-141-dengan-kapal-induk-pt_22.html
Majalah Angkasa
posted by kholifaur @ 06.02   0 comments
Palapa Oath (General Gadjah Mada): Sira Gadjah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gadjah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa" That was He Gadjah Mada General of Mangkubhumi wouldn't have broken the fast. He Gadjah Mada, "Had I conquered the archipelago, then I'd have broken the fast, Had I conquered Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, by then, I'd have broken the fast"
 
About Me

Name: kholifaur
Home: Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
About Me: Menyukai dunia militer dari segala aspek, perkembangannya baik di dalam dan luar negeri
See my complete profile
Previous Post
Archives
Free Blogger Templates