Selasa, 30 Juni 2009
Hovercraft Hoverindo....


TNI AL akan mengembangkan penggunaan hovercraft sebagai kapal untuk mengangkut pasukan. Sebab, kapal ini dapat dioperasikan pada jenis pantai apapun, termasuk untuk mendaratkan pasukan di daerah terpencil tanpa sekoci.

“Kapal ini kan terus disempurnakan sesuai dengan yang diinginkan oleh TNI AL,” kata Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Slamet Soebiyanto kepada Tempo dan Media Indonesia di atas KRI Dalpelle, di perairan Sangatta Kalimantan Timur, Rabu (14/12).

Ke depan, ia berharap kapal ini bisa menggunakan dua atau tiga propeller.

Sejak awal Desember 2005, TNI AL memiliki tiga hovercraft buatan Hoverindo yang harganya jauh lebih murah dari harga yang ditawarkan produsen luar negeri. Jika produsen asing menawarkan hovecraft Rp 12 miliar, Hoverindo menjualnya seharga Rp 3 miliar per unit dengan pesifikasi yang sama.

Sampai akhir tahun ini, Hoverindo sanggup membuat 4 kapal. Nantinya, kata Slamet, di setiap kawasan akan ditempatkan Hovercraft untuk pendaratan. Dia menilai kecepatan, cara landing, dan ketnggian hovercraft yang diproduksi saat ini masih harus ditingkatkan. (Fanny Febiana)

(Tempo Interaktif)
posted by kholifaur @ 22.27   0 comments
Jumat, 19 Juni 2009
Pengembangan mutakhir militer Indonesia


Menurut asianmilitaryreview.com bahwa saat ini Indonesia sedang mengembangkan peralatan tempur dalam negeri. Salah satu pengembangan pentingnya yang terbaru
adalah 250 Kg bom berpemandu GPS dengan jarak tembak maksimum 200 Km. Bom ini
memiliki panjang 1,94 m, dan uji cobanya direncanakan dalam tahun 2009 ini.
Produk lain adalah rudal jelajah jarak dekat 100-150 Km. Rudal yang memiliki
panjang 3 m ini telah melalui uji coba terowongan angin dan dalam pengembangan
yang lebih mutakhir. Rudal ini di didorong oleh Austrian 20kgf turbojet engine.
Rudal ini memiliki kecepatan jelajah hingga 0,4 mach atau setara dengan sekitar
450 Km/jam.
posted by kholifaur @ 18.52   0 comments
Sabtu, 13 Juni 2009
Lapan Orbitkan Roket RX-420 berdaya jangkau 100 km, Juli 2009


JAKARTA - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) akan mencoba mengorbitkan roket RX-420 untuk pertama kalinya pada 2 Juli 2009. RX-420 merupakan cikal bakal roket peluncur satelit.

Demikian dikatakan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kusmayanto Kadiman, di Jakarta, Kamis (11/6). Menristek dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR-RI mengatakan, pengorbitan roket RX-420 dengan jarak jangkau 100 kilometer tersebut akan dilakukan karena Lapan sudah berhasil melakukan uji coba peluncuran roket RX-320 pada 2008. Menurut dia, RX 420 pada dasarnya memiliki daya jangkau yang lebih tinggi mencapai 190 kilometer seandainya struktur roket bisa dibuat lebih ringan.

"Daya jangkau roket ini bisa kita ibaratkan bila diluncurkan dari Jakarta bisa menembus Bandar Lampung," kata dia. Rencananya, uji coba akan dilanjutkan pada 2010 dengan roket yang diluncurkan merupakan gabungan dari RX 420-420 dan 2011 giliran gabungan 420-420 - 320 dan SOB 420.

Pada 2014 seluruh uji coba peluncuran roket selesai dan roket siap mengantarkan satelit dengan nama Nano Satelit dengan ketinggian 300 kilometer dan kecepatan 7,8 kilometer perdetik. "Uji coba akan terus dilanjutkan hingga 2014 dan seluruh roket siap mengantarkan Nano satelit," kata dia.

Bila seluruh uji coba orbit berhasil dilaksanakan, kata dia, maka ini akan menjadi prestasi pertama luar biasa yang bisa dipersembahkan putra terbaik bangsa.
posted by kholifaur @ 20.23   0 comments
Minggu, 07 Juni 2009
Dephan Rencanakan Bangun Pabrik Propelan


Departemen Pertahanan harus mempunyai assessment (penaksiran) untuk mulai membangun industri dalam negeri yang mampu memproduksi propelan sebagai pasokan bahan baku munisi.

PT. Dahana dan PT. Pindad sebagai BUMN Industri Strategis Pertahanan yang memproduksi bahan peledak komersial dan munisi bahan peledak militer akan dilibatkan dalam rencana pembangunan pabrik propelan ini.

Hal itu dijelaskan Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Rabu (27/9); saat memimpin rapat dengan PT. Pindad dan PT.Dahana, membicarakan mengenai rencana pembuatan instalasi produksi bahan pendorong/propelan sebagai bahan utama dalam pembuatan munisi yang mempunyai nilai strategis, di Kantor Dephan Jakarta. Rapat ini juga diikuti oleh Jenderal Departemen Pertahanan Laksdya TNI Imam Zaky dan seluruh Pejabat Eselon I Dephan lainnya.

Selama ini, lanjut Sekjen Dephan, Indonesia sebagai kekuatan pertahanan yang membutuhkan munisi selalu mendatangkan propelan dari negara pemasok seperti Korea, Taiwan, dan China.

Dalam kesimpulan rapat menurut Sekjen, konsep rencana pembangunan instalasi pabrik propelan akan dilanjutkan ke tingkat Departemen Pertahanan dan tingkata antar departemen. “Di sana akan diadakan proses perumusan komprehensif untuk mendapatkan alternatif yang paling tepat,” tambahnya.

Dijelaskan, untuk selanjutnya Sekjen Dephan menunjuk Dirjen Ranahan Dephan sebagai penjuru dibantu oleh Dirjen Strahan ditugaskan untuk mendapatkan suatu justifikasi strategis tentang alternatif pembangunan pabrik propelan tersebut. Dirjen Renhan Dephan ditugaskan membantu mengadakan simulasi anggaran dan nilai investasi yang ada. Sedangkan Ka Balitbang Dephan membantu melakukan pendalaman-pendalaman yang bisa diperoleh dalam menemukan alternatif yang paling tepat dengan PT. Pindad sebagai narasumber.

Menurut Sekjen Dephan, hal-hal yang mungkin perlu mendapatkan pendalaman adalah bagaimana merumuskan kebijakan, regulasi, dan alternatif perencanaan anggaran serta pembangunan infrastruktur dan pengelolaan pabrik propelan. Oleh karena itu Sekjen menekankan perlu suatu perencanaan waktu disesuaikan dengan apa yang ingin dirumuskan, sehingga dapat dihasikan suatu formulasi hasil koordinasi interdep.

“Dari tingkat interdep inilah diharapkan akan melahirkan suatu kesimpulan pemerintah karena hal ini merupakan sesuatu yang sangat strategis dikaitkan dengan perhatian Presiden RI yang dijelaskan dalam Rapim TNI beberapa waktu lalu yang berkaitan dengan pengembangan industri nasional”, ungkap Sekjen.

(DMC)
posted by kholifaur @ 15.02   0 comments
PT Dirgantara produksi 10.000 roket FFAR


PT Dirgantara Indonesia tahun ini akan memproduksi sedikitnya 10.000 roket Fin Folding Aerial Rocket untuk memenuhi permintaan Departemen Pertahanan menyusul kebijakan pemerintah yang memprioritaskan penggunaan produksi dalam negeri.

Agus Eddy, General Manager Satuan Usaha Defence PT DI, mengatakan roket jenis Fin Folding Aerial Rocket (FFAR) itu sudah diserap TNI sejak pertama kali diproduksi pada 1981.

Dia mengungkapkan roket yang sebagian besar materialnya berasal dari komponen lokal itu sebenarnya memiliki kapasitas produksi hingga 20.000 unit per tahun.

"Kapasitas 10.000 unit itu untuk satu shift kerja. Apabila permintaan naik, kami bisa memproduksi hingga 20.000 unit," katanya kepada Bisnis, kemarin.

Roket jenis FFAR memiliki tiga tipe berdasarkan diameter serta jarak luncur, yakni tipe MK 60 dengan diameter 100 mm serta tipe MK4 dan MK40 berdiameter 67 mm.

Peralatan ini tidak bisa dikendalikan sehingga peluncurannya ke target sasaran membutuhkan kecermatan personel militer. Pada TNI AU, roket ini biasa digunakan sebagai senjata untuk jet tempur.

FFAR memiliki kemandirian teknologi yang sulit diketahui negara lain, sebab proses produksinya ditangani seluruhnya oleh personel BUMN strategis itu.

Agus mengatakan saat pertama kali diproduksi pada 1981, pihaknya masih menerapkan teknologi di bawah lisensi produsen roket Force de Zeeburg Belgia.

"Kami terus mempelajari dan memodifikasi teknologi itu, sehingga bisa diproduksi sendiri."

PT DI juga memproduksi roket multilauncher yakni jenis yang tidak hanya bisa diluncurkan dari udara namun dari darat dan laut.


Roket FFAR produksi PT. Dirgantara Indonesia (photo : Bronco1978-Kaskus Militer)

Roket jenis itu, kata Agus, 100% desainnya dibuat personel PT DI, namun dia tidak bisa menyebutkan kapasitas produksi dari jenis ini karena tidak mengetahui datanya.

Satuan Usaha Defence PT DI saat ini juga mampu membuat torpedo berdiameter 122 milimeter yang mempunyai jangkauan area hingga 40 km di pabrik divisi perusahaan yang berlokasi di Tasikmalaya, Jawa Barat.

"Semua peralatan ini sebagian besar diserap oleh TNI dan sebagian lainnya diekspor ke sejumlah negara. Namun, kami tidak bisa menyebutkan nama negaranya karena terikat perjanjian," tandasnya.

(BUMN-RI)
posted by kholifaur @ 14.59   0 comments
Jumat, 05 Juni 2009
Jika NBO 105 Menjadi Pemangsa Tank


Apabila kita membicarakan helikopter tempur, pastinya tidak akan jauh-jauh dari jenis heli semacam: AH-1 Cobra, AH-64 Apache, atau Agusta A129 Mangusta dan lain-lain, yang mungkin bagi Angkatan Bersenjata Indonesia saat ini masih merupakan barang mewah yang entah kapan bisa di beli. Walau begitu kita masih bisa sedikit lega karena saat ini Angkatan Bersenjata Indonesia sudah bisa unjuk gigi dengan helikopter serbu Mil Mi-35 buatan Rusia, tapi seperti kita ketahui bersama jumlah heli Mil Mi-35 yang ada saat ini masih belum cukup untuk memenuhi standar ideal bagi suatu angkatan bersenjata sebuah negara seluas Indonesia.

Salah satu alternatif untuk memenuhi pengadaan helikopter tempur bagi Angkatan Bersenjata Indonesia adalah dengan memberdayakan helikopter produksi PT DI yaitu helikopter NBO 105 yang di modifikasi menjadi helikopter tempur seperti versi Bo 105P yang bisa di gunakan sebagai Helikopter tempur dengan kemampuan anti tank dengan menggendong rudal HOT ATGMs (Anti Tank Guided Missiles), helikopter model ini sudah di gunakan di negara asalnya Jerman sana dan bahkan sempat dilangsir dua versi yaitu Bo 105P PAH-1 dan Bo 105P PAH-1A1, walaupun saat ini tugas dari heli Bo 105P sudah mulai di ganti oleh heli tempur yang lebih baru yaitu Eurocopter Tiger.



NBO 105 sendiri adalah helikopter ringan , serbaguna , bermesin ganda , yang dibuat oleh PT DI dengan lisensi dari Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) yang sekarang menjadi bagian dari Eurocopter. Eurocopter hanya memproduksi Bo 105 sampai tahun 1997. Jalur produksi Bo 105 kemudian diganti untuk produksi EC 135. Sedang untuk PT DI produksi NBO 105 masih berlanjut sampai sekarang, namun rata-rata produksi helikopter jenis NBO 105 ini di peruntukan bagi sipil dan POLRI. Ada juga versi militer yang di gunakan oleh TNI Angkatan Darat namun dengan kemampuan terbatas, hanya untuk serang darat dengan di cantoli roket FFAR yang juga buatan dari PT DI.
posted by kholifaur @ 16.05   0 comments
Kerjasama TNI AL di Bidang Kapal Patroli dengan PT Lundin Industry Invest


Surabaya (ANTARA News) - TNI Angkatan Laut melakukan kerjasama dengan PT Lundin Industry Invest dalam rangka penelitian dan pengembangan rekayasa kapal patroli cepat Trimaran, serta kerjasama di bidang peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pembangunan fasilitas galangan untuk pembangunan kapal patroli.

Kerjasama tersebut tertuang dalam piagam kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Slamet Soebijanto, dengan Direktur PT Lundin Industry Invest, Ny. Lizza Lundin, di Markas Komando Armada RI Kawasan Timur (Mako Koarmatim) Ujung, Surabaya, Rabu.

Penandatanganan piagam kesepakatan bersama antara TNI AL dengan PT Lundin Industry Invest itu disaksikan mantan Kasal, Laksamana TNI (Purn.) M. Arifin, para Asisten Kasal dan pejabat teras TNI AL.

Menurut Laksamana TNI Slamet Soebijanto dalam sambutannya, acara itu pada hakekatnya merupakan momentum penting dalam upaya memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki oleh kedua pihak guna meningkatkan kemampuan, kekuatan dan kesiapan Alut Sista secara maksimal dengan hasil produksi dalam negeri.

"Hal tersebut mengandung makna strategis dan memiliki nilai prospektif dalam pengembangan teknologi dan pemanfaatan hasil-hasil industri nasional guna mendukung pembangunan kekuatan TNI AL dalam mewujudkan kemandirian bangsa serta mengurangi ketergantungan dari negara-negara luar di masa mendatang," katanya.

Salah satu pembangunan kapal patroli yang akan dilaksanakan adalah kapal cepat Trimaran jenis X3K. Kapal X3K Trimaran ini memiliki panjang 40 meter, lebar 15 meter dan bobot 150 ton dengan kecepatan antara 30 hingga 40 knots.

Usai menandatangani piagam kesepakatan antara TNI AL dengan PT Lundin Industry Invest, Kasal bersama M. Arifin, para Asisten Kasal dan pejabat teras TNI AL meninjau flat yang telah selesai dibangun di kompleks Mako Koarmatim, Ujung Surabaya, serta telah diserahkan untuk dimanfaatkan.

Flat yang dibangun lengkap dengan isinya itu diperuntukan sebagai tempat tinggal anggota KRI dari unsur-unsur satuan kapal perang yang ada di jajaran Koarmatim. Laksamana TNI Slamet Soebijanto dan Laksamana (Purn.) M. Arifin tampak seksama meninjau rumah dinas flat tersebut, dan juga meninjau fasilitas lainnya, seperti rumah ibadah Masjid yang tengah dibangun, demikian keterangan dari Kepala Dinas Penerangan Koarmatim, Letkol Laut Toni Syaiful. (*)
posted by kholifaur @ 15.39   0 comments
BPPT-PINDAD Berencana Kembangkan Tank Untuk Kebutuhan TNI


BPPT berencana mengembangkan kendaraan tempur beroda rantai (tank) pada 2007, setelah berhasil membuat prototipe dan memproduksi kendaraan tempur beroda ban bersama PT Pindad sejak 2004 dan panser Amfibi pada 2006.

"Untuk melindungi kedaulatan negara, TNI memerlukan berbagai jenis alutsista. Dan yang paling penting, alutsista tersebut jika memang mampu dibuat sendiri maka tak perlu lagi mengimpor," kata Deputi Kepala BPPT bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Surjatin Wirjadidjaja ketika dihubungi di Jakarta, Jumat.

Tahap awal, pada 2007 BPPT akan melakukan "reverse engineering" terhadap komponen "gear transfercase" yang juga merupakan salah satu komponen utama dari kendaraan tipe track ini.

Sedangkan untuk komponen lain seperti track shoes and links, PT.Pindad bersama mitra industri lain telah mampu membuat sendiri dan mesin penggeraknya menggunakan engine yang dijual dipasar bebas.

Diharapkan pada akhir tahun 2009 BPPT bersama mitra strategis bisa menyelesaikan satu unit prototipe light duty tank dengan berat hampir 15 ton.

Sebelumnya pada 2002, PT Pindad telah memproduksi APR 4x4 yang menggunakan rangka dan mesin (undercarriage) Izuzu 120PS.

Kemudian pada 2004, Pindad bekerjasama dengan BPPT mulai mengembangkan panser yang komponennya lebih menunjukkan kemandirian dengan membuat prototipe panser 6x6 beroda ban yang menggunakan undercarriage truk Perkasa, termasuk engine 220 PS dan transmisi produksi PT Texmaco.

Prototipe ini menjadi cikal bakal PT Pindad mengembangkan panser 6x6 dengan body dan sistim konstruksi monocoque, hingga sistim penggerak roda dan suspensi independen sesuai spesifikasi TNI.

Pada 2006, BPPT dan PT Pindad kemudian mengembangkan panser amfibi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang mampu bermanuver bukan hanya di darat, tapi bisa menyeberangi sungai dan danau, sesuai alam Indonesia yang memiliki banyak perairan.

Pengujian prototipe panser Amfibi yang bisa bermanuver di air dengan kedalaman satu hingga dua meter itu akan dilaksanakan awal tahun 2007, ujarnya. Panser ini 80 persen juga sudah menggunakan produk dalam negeri.

Setelah kemandirian dalam membangun alutsista platform kendaraan tempur tercapai, maka tahun 2010 - 2012, BPPT juga berencana mengembangkan sistem persenjataan berupa sistem kendali tembak dan pengunci target yang merupakan bagian kelengkapan kendaraan tempur.

(Antara)
posted by kholifaur @ 14.58   0 comments
PTDI Miliki Lisensi Produksi Pesawat C212-400


Bandung (ANTARA News) - Setelah melakukan kontrak kerjasama dengan EADS CASA, November 2006 lalu, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kini telah mengantongi lisensi sebagai produsen dan perakit pesawat C212-400 dengan dilengkapi seluruh fasilitas produksi yang didapat dari San Pablo

Direktur Utama PTDI Budi Santoso di Bandung, Jumat, menyatakan, untuk saat ini PTDI merupakan satu-satunya pemegang lisensi untuk memproduksi dan merakit C212-400 sehingga seluruh fasilitas produksi dari San Pablo, Spanyol telah terpasang di Bandung.

"Selain memproduksi PT DI juga diberi wewenang untuk memasarkan pesawat dalam versi transport untuk pasar Indonesia dan Asean serta militer," kata Budi.

Ia menjelaskan minat pembeli pesawat ini sangat banyak dan menjadi pasar potensial bagi PTDI bahkan indikasi ini tercermin dari adanya kebutuhan pesawat sejenis sebanyak 88 unit.

"Karena besarnya pasar maka dalam tujuh tahun kedepan kami memprediksi kebutuhan akan mencapai 155 pesawat," katanya.

"Pesawat jenis ini memiliki badan pesawat yang secara umum sama dengan C212-200 yang diproduksi kami sebelumnya," katanya.

Namun perbedaan dapat ditemukan pada hidung pesawat yang lebih panjang dan "wing tip" yang memungkinkan pesawat dapat lepas landas di landasan yang pendek.

Awal 2009 ini PTDI telah mendapatkan kontrak pengadaan dengan PT Airfast Indonesia sebanyak satu unit pesawat C212-400.

"Kami mengharapkan langkah PT Airfast Indonesia ini dapat diikuti oleh perusahaan lain," katanya.(*)

(Jurnal Nasional)
posted by kholifaur @ 14.32   0 comments
Palapa Oath (General Gadjah Mada): Sira Gadjah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gadjah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa" That was He Gadjah Mada General of Mangkubhumi wouldn't have broken the fast. He Gadjah Mada, "Had I conquered the archipelago, then I'd have broken the fast, Had I conquered Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, by then, I'd have broken the fast"
 
About Me

Name: kholifaur
Home: Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
About Me: Menyukai dunia militer dari segala aspek, perkembangannya baik di dalam dan luar negeri
See my complete profile
Previous Post
Archives
Free Blogger Templates